Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hyundai Ingin Jadikan Indonesia Pusat Produksi Baterai Mobil Listrik

"Kami ingin memanfaatkannya (nikel) untuk membuat Indonesia sebagai hub (pusat) produksi baterai di Asia Tenggara. Jadi, kami memang memproduksi mobil, tapi kami juga ingin menjadikan Indonesia sebagai hub untuk memasok baterai," kata Hendry Pratama Head of New Business Department Hyundai Motor Asia Pasific dalam workshop The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, di Jakarta beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Hendry mengatakan, upaya itu mulai direalisasikan dengan membangun fasilitas pabrik sel baterai di Karawang dan battery pack di Bekasi.

Adapun fasilitas battery pack, akan diproduksi perusahaan Hyundai Energy Indonesia (HEI). Fasilitas itu merupakan pabrik perakitan sistem baterai pertama milik Hyundai Motor di Asia Tenggara.

Hyundai menyuntikan 60 juta dollar AS (sekitar 900 miliar) untuk membangun pabrik ini. Pabrik ini juga disebut akan mempekerjakan lebih dari 150 orang, dengan perkiraan produksi mencapai 50.000 pis setahun.

Seperti yang dikatakan Hendry, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global Data dan US Geological Survey Data, produksi nikel di Indonesia diestimasikan bisa mencapai sekitar 17 miliar ton pada tahun 2023.

Sumber daya ini kemudian ingin dimanfaatkan oleh pemerintah, salah satunya dengan mendorong elektrifikasi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Kendati demikian, masih cukup sulit untuk mendorong masyarakat agar mau beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.

"Konsumen masih khawatir soal daya tahan baterai yang kemudian berkaitan dengan ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang saat ini jumlahnya masih terbatas," jelas Nizhar Marizi, Direktur Sumber Daya Energi Mineral dan Pertambangan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) di acara yang sama.

Hendry pun mengamini soal masalah SPKLU. Oleh karena itu, Hyundai berupaya membangun SPKLU demi mendorong adopsi EV.

"Saat ini, kami adalah perushaan swasta dan salah satu network (jaringan) EV charging station (SPKLU) terbesar (di indonesia) setelah PLN," kata Hendry.

Hingga Maret 2024, Hyundai telah memiliki 200 SPKLU yang tersebar di seluruh Indonesia.
SPKLU ini tidak hanya bisa digunakan oleh mobil keluaran Hyundai, melainkan juga merek lain, berkat penggunaan standar CCS2 (Combined Charging System 2) yang umum digunakan.

Selain SPKLU, tantangan lain adalah harga kendaraan listrik yang cukup mahal. Oleh karena itu, Nizhar mengatakan pemerintah mulai memberikan subsidi atau insentif agar masyarakat mau membeli kendaraan listrik.

"Sudah dua tahun ini kami ada subsidi untuk yang mau konversi motor BBM (bahan bakar minyak) menjadi motor listrik. Nah, ini sudah dua tahun, tapi targetnya enggak pernah (tercapai). Karena antusiasmenya tak setinggi itu, paling 30-40 persen saja yang tercapai (dari target)," kata Nizhar.

Selain itu, masyarakat Indonesia juga memiliki loyalitas terhadap suatu merek kendaraan dari negara tertentu. Sehingga, mereka memilih untuk menunggu.

"Berdasarkan survey, banyak konsumen yang masih menunggu EV dari Jepang," kata Nizhar.

Artikel ini ditulis oleh jurnalis Kompas.com, Wahyunanda Kusuma Pertiwi, sebagai peserta Indonesia Next Generation Journalist Network on Korea 2024, yaitu program fellowship kerja sama Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/16/161535015/hyundai-ingin-jadikan-indonesia-pusat-produksi-baterai-mobil-listrik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke