JAKARTA, KOMPAS.com - Tabrakan beruntun di Tol Cipularang yang melibatkan truk dengan belasan mobil menjadi peristiwa yang miris. Kejadiannya terus berulang, bukan cuma di Cipularang, tapi di berbagai wilayah di Indonesia.
Masalahnya ketika kecelakaan melibatkan kendaraan besar, pasti efeknya bisa fatal. Hanya saja tidak ada keseriusan dari pihak terkait dalam menangani permasalahan ini.
Founder & Training Director Jakarta Devensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, akar permasalahan dari kecelakaan truk dan kendaraan lain yang terulang adalah karena minimnya edukasi, pengawasan, serta penegakan hukum dari orang terdekat.
"Selama ini edukasi, pengawasan, dan penegakan hukum selalu dipegang Polisi. Sehingga hal ini terulang. Harusnya yang bertanggung jawab di dalam edukasi adalah stake holder," kata Jusri kepada Kompas.com, Rabu (13/11/2024).
Stake holder yang Jusri maksud adalah pihak terkait dengan seseorang. Misal paling dekat bisa dari orang tua, lalu saat masuk kerja ada pimpinan, lalu pemerintah, edukasi tentang keselamatan harus dimulai dari sana.
"Dari pimpinan stake holder, orang tua, pimpinan perusahaan, punya standar. Jadi ada kampanye (keselamatan berkendara), penegakan hukum dari Internal, sampai sanksi," kata Jusri.
Menurut Jusri, apabila edukasi diterapkan dari yang terdekat, maka polisi tinggal melakukan penegakan hukum, karena pengawasan dilakukan dari internal, perusahaan, dan sebagainya.
"Namanya manusia, kalau paham apa yang dilakukan, kerugian yang terjadi, konsekuensi, saya yakin mengemudi berkeselamatan akan jadi gaya hidup," kata Jusri.
Sebagai contoh, tertib mengemudi sudah menjadi gaya hidup, maka tidak ada lagi kecelakaan yang terjadi secara berulang. Semua sudah paham dan bertanggung jawab mengenai cara mengemudi yang baik dan benar.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/11/13/111200715/perlu-banyak-edukasi-agar-kecelakaan-truk-tidak-terulang-lagi