JAKARTA, KOMPAS.com - Penjualan mobil baru pada 2024 diprediksi sulit tembus dari 900.000 unit. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat turun.
Penjualan mobil baru lesu karena daya beli kelas menengah lemah. Padahal, kelas ini yang paling banyak mengadopsi mobil baru. Hasilnya, tak sedikit yang beralih membeli mobil bekas (mobkas).
Menurut data pada 2023, setidaknya ada 1,5 juta unit penjualan mobkas. Artinya, lebih banyak konsumen yang beli mobkas ketimbang mobil baru. Bahkan, angka tersebut diyakini lebih besar karena banyak transaksi jual beli yang tak terekam.
Rama dari showroom mobkas Rama Dagang Mobil (RDM) di Cinere, Depok, Jawa Barat, mengatakan, kenaikan penjualan mobkas sangat terasa saat pandemi Covid-19.
"Waktu pademi Covid-19 memang iya, dan saya sekarang melihatnya daya beli orang itu berkurang dan mereka sudah melihat kebutuhannya saja," ujar Rama kepada Kompas.com, akhir pekan lalu.
"Kalau dulu beli mobil baru parameter orang ya kebanggaan nih, mobil baru masih (dilapisi) plastik, tapi kalau sekarang yang penting kebutuhannya cukup saja," ujar Rama.
Rama menilai, saat ini konsumen lebih memikirkan fungsi ketimbang mengejar trendi. Lagi pula, harga mobkas memang lebih terjangkau ketimbang mobil baru.
"Kemudian dari harga kan pasti jauh antara mobil baru dan seken, dan DP juga kalau mobil bekas itu bisa superkecil kalau mobil baru kan tidak," ujarnya.
"Coba saja lihat (Toyota) Agya saja sekarang sudah lebih dari Rp 200 juta. Makanya orang larinya ke mobil seken, kalau kepengin ya pasti keinginannya mobil baru," kata Rama.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/10/07/100200915/orang-beli-mobil-bekas-buat-fungsi-bukan-demi-trendi