JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto meresmikan pabrik baterai kendaraan listrik ramah lingkungan pertama Indonesia di Kawasan Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Sabtu (14/9/2024).
Fasilitas hasil realisasi Neo Energy terkait merupakan smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) yang sepenuhnya memakai energi terbarukan. Smelter ini akan mengolah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
MHP sendiri merupakan bahan prekusor katoda baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Diharapkan, proyek ini mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120.000 MT per tahun.
"Semua operasional di kawasan akan memakai 100 persen energi terbarukan, termasuk tenaga air dan surya, yang menjadikannya praktik industri ramah lingkungan di Indonesia," kata Airlangga dalam siaran pers, Selasa (1792024).
Untuk Kawasan Industri NEMIE sendiri telah mendapatkan Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) pada Agustus 2024, dan ini menjadi kepastian hukum dan keyakinan bagi para calon investor.
“Saya monitor alat berat yang dioperasikan di sini seluruhnya berbasis elektrik. Kita mengapresiasi bahwa kawasan ini mendukung target zero emission di pertambangan dan industrinya," lanjut dia.
"Karena statusnya sebagai Proyek Strategis Nasional, maka tentu kerja sama dengan aparat TNI/Polri menjadi penting karena ini aset nasional. Saya harap dengan adanya kolaborasi ini bisa menunjang industri kita untuk transisi dari energi fosil menjadi new energy,” tambah Airlangga.
Ia menambahkan, hilirisasi mineral kritis (critical minerals) merupakan salah satu kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam memperkuat daya saing ekonomi nasional, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memanfaatkan teknologi ramah lingkungan.
Program hilirisasi industri juga bertujuan untuk memperoleh multiplier effect, seperti meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi ke dalam negeri, menghasilkan devisa ekspor, dan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja.
“Hilirisasi nikel berhasil meningkatkan nilai ekspor produk turunan nikel. Hal itu dapat dilihat dari nilai ekspor yang meningkat delapan kali lipat dari 4,3 miliar dollar AS pada 2017 menjadi 34,44 miliar dollar AS pada 2023,” jelas dia.
Berdasrkan data Kementerian Investasi/BKPM bahwa hingga Juni 2024 total investasi untuk hilirisasi nikel, terutama yang terkait dengan pembangunan smelter dan pabrik baterai kendaraan listrik, telah mencapai 30 miliar dollar AS.
Dalam lima tahun terakhir, lebih dari 2.000 GWh kapasitas baterai lithium-ion telah digunakan secara global, guna mendukung 40 juta kendaraan listrik dan ribuan proyek energy storage.
Terkait hal ini, Indonesia berpotensi menjadi pemain kunci global dalam produksi baterai EV yakni dapat menyuplai baterai EV sebesar 210 GWh per tahun, karena Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral khususnya nikel.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/09/17/175100515/ini-pabrik-baterai-mobil-listrik-ramah-lingkungan-pertama-di-indonesia