JAKARTA, KOMPAS.com - Pengemudi Sport Utility Vehicle (SUV) ladder frame seperti Toyota Fortuner kerap dicap sebagai pengendara arogan, meski tidak semuanya seperti itu.
Bukan tanpa alasan, sebab dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa kasus arogansi dari pemilik Fortuner yang viral di media sosial. Mulai dari menggunakan pelat TNI palsu, ugal-ugalan di jalan hingga menyerempet pengendara lainnya.
Tak hanya di Indonesia, ternyata sikap arogan pengendara Toyota Fortuner juga ada di Thailand. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh warga negara asing (WNA) asal Australia bernama Damian Hoo melalui akun Instagramnya.
Sebelumnya Damian menetap di Indonesia sejak Januari 2021 hingga Agustus 2024. Dalam rentang waktu tersebut, Damian turut memperhatikan kebiasaan berkendara orang Indonesia, tak terkecuali stereotip yang melekat pengendara Fortuner.
Kini Damian menetap di Thailand, dan ia merasakan pengalaman yang menyebalkan ketika bertemu pengendara Toyota Fortuner, sama seperti yang ia rasakan di Indonesia.
Bicara soal pengendara SUV ladder frame yang kerap bertindak arogan, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, ada empat faktor yang mempengaruhi pengemudi bersikap arogan, mulai dari dimensi, power, warna dan jenis modifikasi.
“Sebetulnya tidak semua pengendara Fortuner, ada beberapa yang sopan juga. Memang kendaraan jenis big SUV salah satunya lebih menyalurkan hasrat sebagian pengemudi dengan karakter yang agresif,” kata Sony, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/8/2024).
Menurut Sony, jika bertemu dengan pengemudi Fortuner yang arogan hal tersebut, hal itu disebabkan karena karakter pengemudi.
“Pengemudi seperti itu dikasih kendaraan apapun pasti karakternya tidak akan berubah. Pengemudi ini kan bermacam-macam tipenya, mereka bisa berubah-berubah sesuai kondisi, jika macet, terdistraksi, atau punya masalah bawaan dan lain-lain, aslinya akan keluar,” ucap Sony.
“Jadi tidak cuma di Asia saja, di negara-negara yang sudah maju pun juga sama, hanya bedanya di soal aturan atau hukum yang sudah lebih tegas,” lanjutnya.
Sementara itu, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, tak hanya jenis mobil, tetapi atribut yang melekat pada pengemudi akan berpengaruh terhadap karakter seseorang saat berkendara.
“Dalam kasus ini, pengemudi itu terpengaruh oleh dimensi mobilnya. Di alam bawah sadarnya, dia (pengemudi) merasa besar, minta pengecualian, merasa mobil paling mahal, mungkin juga oknum dari satu institusi, yang terjadi sedemikian rupa,” kata Jusri.
“Perilaku semacam ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga terjadi di negara modern dan maju. Di mana faktor harga mobil, dimensi mobil, anggota dari satu organisasi masyarakat yang besar di kenal, partai, institusi, orang-orang yang melekat dengan kondisi tersebut tidak menyadari bahwasanya jalan raya adalah ruang publik yang memerlukan sharing, harus berbagi,” lanjutnya.
Jusri menyarankan, jika bertemu dengan pengemudi arogan, hal yang sebaiknya dilakukan oleh pengguna jalan lainnya adalah mengalah.
“Yang perlu kita lakukan adalah mengalah. Mengalah jangan sampai menimbulkan pikiran kecemasan, ketika kecemasan terlalu dalam maka kita akan frustasi, maka seorang bisa melakukan tindakan impulsif,” ucap Jusri.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/26/072200615/video-wna-sebut-pengemudi-fortuner-di-thailand-ngeselin-kayak-di-indonesia