JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak yang berpendapat bahwa motor MotoGP terlalu banyak teknologi yang membantu pebalap. Tapi, menurut Fabio Di Giannantonio, motor MotoGP memang sudah seharusnya dibuat canggih.
Sebagian pebalap berpendapat bahwa perangkat teknologi yang ada pada motor MotoGP terlalu membantu pebalap. Sehingga, bukan kemampuan lagi yang dikompetisikan, tapi kecanggihan motor.
Termasuk dengan perangkat aerodinamika, bahkan banyak pebalap yang memilih untuk melepasnya, seperti Casey Stoner, Marc Marquez, Dani Pedrosa, dan lainnya. Tapi, tidak menurut pebalap VR46 yang akrab disapa Diggia.
"Tergantung, karena sebagai pebalap, saat ini motor MotoGP sangat fantastis. Sejujurnya, saya tidak akan pernah kembali (ke teknologi lama),” kata Diggia, dikutip dari Motorsport.com, Rabu (8/5/2024).
Diggia menambahkan, motor MotoGP harus merupakan prototipe. Menurutnya, motor prototipe penuh harus menjadi ekspresi maksimal dari teknis motor.
"Sejujurnya, saya menjadi gila ketika saya melihat semua hal aero baru, semua perangkat baru, semua kekuatan yang kami miliki. Sebab, pada akhirnya kami mengendarai (mobil) Formula 1 dengan dua roda. Tapi memang harus seperti ini dari sudut pandang saya," ujar Diggia.
Salah satu alasan perangkat aerodinamika harus dikurangi adalah dampaknya terhadap pebalap lain. Perangkat tersebut membuat pebalap lain sulit untuk mengikuti satu sama lain, termasuk manuver menyalip.
Menurut Diggia, untuk pertunjukan, diakuinya memang sulit untuk menyalip pebalap lain dengan adanya perangkat aerodinamika.
“Namun, sebagai pebalap, motor MotoGP saat ini sangat fantastis. Saya tidak akan pernah kembali. Mungkin kami harus kembali, tapi saya tidak akan pernah kembali," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/05/08/184100315/diggia-sebut-motor-motogp-harus-canggih