JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagian besar struktur ekonomi Jakarta rupanya digerakkan sektor transportasi, khususnya perdagangan eceran seperti reparasi mobil dan motor.
Hal ini diungkap Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna dari data produk domestik regional bruto (PDRB) tahun 2021-2023.
“Jakarta itu tidak punya nikel, tidak punya timah, tidak punya sawit. Jadi sektor primer berbasis sumber daya alam mungkin sulit dikembangkan di Jakarta,” ujar Yayat, dalam diskusi daring 'UU DKJ: Masa Depan Jakarta Pasca-Ibu Kota’, Selasa (23/4/2024).
Menurut Yayat, ekonomi Jakarta didukung sektor sekunder seperti industri pengolahan, listrik, konstruksi dan lain-lain.
Tapi yang paling besar justru dari sektor tersier, yang merupakan pengembangan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor. Termasuk juga jasa perusahaan, jasa keuangan, asuransi, dan sebagainya.
Yayat mengatakan, berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2021-2023, khusus sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan motor mampu berkontribusi hingga 17,67 persen.
“Di Jakarta ini bisnis terbesar digerakkan sektor transportasi, khususnya motor. Bayangkan sekarang ada 26 juta kendaraan di Jakarta, 19 jutanya itu motor. Jadi ekonominya bergerak di situ,” ucap Yayat.
“Akibatnya apa kalau Jakarta dipadati dengan motor dan pendapatan yang terbatas? Ini persoalan besar. Selain padat, ekonomi Jakarta tumbuhnya tidak ada cepat, dibanding kalau berbasis industri pengolahan,” kata dia.
Ia menambahkan, dominasi ekonomi tersier umumnya terjadi pada bagian masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.
Apabila hal ini terus terjadi, maka efeknya juga bakal terasa di sisi transportasi. Di mana kemacetan Jakarta diprediksi akan tetap ada meskipun Ibu Kota pindah ke Kalimantan.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/24/102200415/bisnis-reparasi-motor-dan-mobil-penopang-ekonomi-jakarta