JAKARTA, KOMPAS.com - Lebaran Idul Fitri telah usai dan sebagian masyarakat bersiap untuk melakukan arus balik dan kembali ke kota tempat bekerja.
Arus balik juga cenderung lebih santai dan perjalanannya diklaim tidak seintens arus mudik, khususnya jika dilakukan pada pekan ini.
Namun, satu hal untuk diperhatikan, jarak tempuh perjalanan tetap jauh dan harus diterapkan teknik mengemudi yang baik untuk menghindari kendala, utamanya adalah menentukan waktu istirahat.
Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), menjelaskan, pemudik yang melakukan perjalanan jauh harus konsisten saat beristirahat.
“Ketika konteksnya perjalanan jauh, driver punya kewajiban mengatur dua ritme, yaitu ritme menyetir dan ritme beristirahat. Dua ini harus seimbang ya,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/4/2024).
Sony menjelaskan, kelelahan akan muncul apabila pengemudi tidak bisa mengatur dua ritme ini dengan baik. Menurutnya, sudah ada cukup banyak contoh kasus kecelakaan selama arus mudik akibat kurang beristirahat.
Idealnya, Sony menganjurkan waktu istirahat terbaik selama melakukan arus balik adalah minimal satu jam setelah mengemudi maksimal tiga jam.
“Satu jam itu durasi istirahat minimal, dan usahakan tidur ketika beristirahat,” kata dia.
Sony menambahkan, metode yang dia anjurkan bersumber dari pola kerja di pertambangan. Menurutnya, rumus istirahat ini sangat sesuai dan bisa diterapkan pula untuk semua pemudik.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/04/11/081200915/saat-arus-balik-lebaran-menyetir-dan-istirahat-harus-seimbang