JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini ada berbagai macam baterai yangt dipakai di motor listrik. Paling umum yaitu lithium ion, kemudian lithium ferro-phosphate atau LFP, dan lead-acid atau SLA.
Ketiga baterai itu punya spesifikasi yang berbeda, yaitu, baterai litium-ion dapat menggunakan berbagai bahan katoda, seperti oksida kobalt, oksida mangan, atau oksida nikel (nikel, kobalt mangan/NCM).
Kemudian baterai lithium ferro-phosphate LiFePO4 menggunakan lithium besi fosfat sebagai bahan katoda. Sedangkan baterai SLA menggunakan cairan elektrolit berbahan dasar asam timbal.
"Dari ketiga itu SLA yang muatan energinya paling kecil, kedua ialah LFP dan paling besar lithium ion," ujar Hendro Sutono, juru bicara Komunitas Sepeda Motor Listrik (Kosmik), kepada Kompas.com, Senin (22/1/2024).
Selain punya energy density atau energi daya yang paling kecil, baterai jenis SLA punya bobot yang berat. Hal ini yang jadi pertimbangan saat memutuskan memakai baterai SLA.
Sebab seperti diketahui bobot berat membuat pengendalian berbeda. Kemudian bobot kendaraan yang berat bakal berpengaruh pada jarak tempuh karena semua kendaraan punya power-to-weight ratio.
"Misalnya baterai 60 Volt 20 Ah, di SLA beratnya bisa 30 Kg, kalau di LFP kemungkinan sekitar 15 Kg sedangkan untuk lithium ion yaitu 10 kg-12 kg," ujar Hendro.
Selain berat dan tingkat energi paling kecil, masa hidup alias life cycle baterai SLA paling sedikit.
"Masa hidup itu (dihidung dari cas) SLA misalkan cuma 500 kali, tapi lithium ion bisa 1.000 kali. Namun yang paling panjang ialah baterai LFP sebab masa hidup atau pakainya bisa 2.000-3.000 kali," ujar Hendro.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/01/23/140100015/mengenal-baterai-sla-di-motor-listrik