Situasi tersebut dicermati oleh Jeffry Tjoeng, pemilik Union Motor, toko suku cadang Mazda dan Ford di MGK Kemayoran, Jakarta. Dia mengatakan, kondisi ini terjadi sebab pola konsumen membeli suku cadang jadi berubah.
Menurutnya, jika dulu orang membeli mobil bisa dipakai sampai 5-10 tahun maka saat ini 3-5 tahun saat sudah selesai kredit, mobil sudah dijual lagi. Uang hasil penjualannya tersebit digunakan untuk kredit mobil baru lagi dan begiru seterusnya.
"Makanya orang jadi jarang servis (selain diler resmi) karena mobilnya selalu gres (baru)," ujar Jeffry kepada Kompas.com, yang ditemui belum lama ini.
"Prinsip mereka tidak salah. Seperti misalnya tahun ketiga Calya/Sigra mulai ada yang tidak enak, seperti kaki-kaki, jadi sebelum parah, dijual saja. Sama saja kan nantinya menyicil-nycil juga," ujarnya.
Jeffry mengatakan, sebetulnya konsep seperti ini sudah dilakukan pemilik motor sejak lama. Membeli motor baru dengan cara kredit antara 2-3 tahun, dan tak lama setelah cicilan lunas motor dijual untuk DP kredit motor lain.
"Sebetulnya itu seperti motor, prinsipnya kan sudah seperti dulu begitu. Waktu mulai tidak enak dijual saja daripada ganti-ganti (suku cadang)," ujarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2024/01/12/100200915/kemudahan-kredit-mobil-baru-menekan-toko-onderdil