Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Depresiasi Datsun Go dan Go+ Tinggi

KLATEN, KOMPAS.com - Datsun Go dan Go+ menjadi jenis mobil bekas dengan konsumsi bahan bakar irit dan harganya yang terjangkau. Selain sebagai salah satu mobil low cost green car (LCGC) depresiasinya cukup tinggi.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Jumat (5/1/2024) banderol bekas Datsun Go+ produksi 2014 bisa didapatkan mulai Rp 42 jutaan sedangkan yang 2019 banderol termahalnya Rp 120 juta.

Sementara barunya, Datsun Go+ 5 seaters dan 7 seaters 2014 banderolnya Rp 103 jutaan untuk tipe tertinggi. Sehingga, dalam 10 tahun perjalanannya depresiasi mencapai setengah dari harga barunya.

Mobil ini pertama kali diluncurkan oleh Datsun dan Nissan Motor Company di tahun 2014. Terpaut beberapa bulan, Datsun memperkenalkan dua varian, yakni Datsun Go yang hadir dengan bentuk hatchback dan Datsun Go+ dengan bentuk memanjang.

Pada saat pertama kali meluncur, mobil ini dibekali dengan mesin 3 silinder 1.200 cc dengan transmisi manual. Baru di tahun 2018, Datsun memberikan ubahan dengan menawarkan transmisi otomatis untuk kedua model tersebut.

Sayang, mobil ini dirasa terlalu lama memberikan transmisi otomatisnya, sehingga penjualannya terus menurun setiap tahun. Hingga pada akhirnya Datsun berhenti memproduksi keduanya di awal 2020.

Hardi Wibowo, Pemilik Aha Motor Spesialis Nissan & Datsun Yogyakarta mengatakan Datsun Go+ di pasar mobil bekas memang dibanderol murah secara umum, hanya saja dengan kondisi tertentu bisa lebih tinggi.

“Jika Datsun Go bekas dijual dalam bentuk bahan, dalam artian membutuhkan perbaikan atau kekurangan lainnya mungkin harganya sangat rendah, tapi bila kondisi bagus, siap pakai, pajak hidup biasanya sedikit lebih tinggi,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Kamis (4/1/2024).

Terlepas dari itu, Hardi juga mengatakan isu yang diterima oleh masyarakat terkait Datsun berhenti diproduksi membuat sejumlah pihak khawatir dengan suku cadang.

“Sudah menjadi hal wajar, ketika mobil dipakai pasti membutuhkan perawatan dan perbaikan, sedikit banyak akan membutuhkan onderdil, karena Datsun tidak lagi diproduksi kekhawatiran pun muncul,” ucap Hardi.

Kendati demikian, selama ini selaku pegiat otomotif khususnya Nissan Datsun Hardi mengaku tidak begitu kesulitan menemukan onderdil untuk Datsun Go dan Go+.

“Memang untuk bodinya sudah tidak akan ditemukan, kecuali kustom, namun untuk spare part fast moving dan beberapa jenis lainnya bisa digantikan dengan milik Nissan March, banyak yang sama,” ucap Hardi.

Selain itu, Datsun Go termasuk mobil yang sederhana, sehingga jarang mengalami masalah. Mungkin juga karena usianya baru 10 tahunan.

“Kerusakan yang paling sering ditemui di lapangan, Datsun kerap mengalami masalah pada motor kipas radiatornya, namun onderdilnya mudah ditemukan di pasaran,” ucap Hardi.

Jadi, kekhawatiran masyarakat terkait susahnya mencari onderdil dan perbaikan Datsun memang ada menurut Hardi, buktinya banderol bekasnya cukup rendah.

Hanya saja kekhawatiran tersebut tidak sebesar yang dikira, karena beberapa masalah pada Datsun cukup mudah diatasi oleh pihak bengkel menurut Hardi.

https://otomotif.kompas.com/read/2024/01/05/171200615/penyebab-depresiasi-datsun-go-dan-go-tinggi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke