JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa kepemilikan sumber daya nikel di Indonesia yang mencapai 25 persen dari cadangan dunia menjadi ancaman sejumlah negara.
Sebab dengan pergerakan global yan menuju pada ekonomi hijau dan kendaraan rendah emisi berbasis listrik, bahan tersebut bakal memegang peranan sangat penting. Bahkan bisa menjadikan Indonesia sebagai pemain atau pemasok global di industri terkait.
"Indonesia itu memiliki cadangan nikel dunia hingga 25 persen. Tapi pada 2017-2018, ekspor kita hanya 3,3 miliar dollar AS sehingga Presiden meminta untuk stop ekspor (bijih nikel) dan mulai hilirisasi," kata Bahlil dalam sesi kuliah umum di Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang disiarkan secara daring, Selasa (22/8/2023).
"Begitu kita stop ekspor nikel, kita bangun smelter, kita bangun industri, hasilnya dari 2019-2020 sampai dengan 2022 nilai ekspor kita dari nikel menjadi 30 miliar dollar AS. Meskipun sempat dibawa ke WTO oleh Uni Eropa," ucap dia.
Digugatnya Indonesia ke Word Trade Organization (WTO) oleh Uni Eropa usai diputuskan untuk melarang ekspor bijih nikel, kata Bahlil, merupakan suatu kepanikan dari global atas langkah hilirisasi Tanah Air.
Pasalnya, ketika terjadi peralihan menuju era elektrifikasi khususnya kendaraan listrik, bahan baku utamanya ialah nikel, kobalt, mangan, dan lithium.
"Ke depan (bahan bakar) fosil, batubara akan ditinggalkan. Di (tahun) 2030 mobil-mobil di dunia hampir semua pakai mobil listrik dan komponennya itu hanya 40 persen dan baterai 60 persen," ujar Bahlil.
Dalam membangun industri produksi baterai kendaraan listrik dalam negeri, Bahlil mengatakan, Indonesia menggaet beberapa perusahaan energi maupun otomotif luar negeri seperti CATL, BASF, VW, LG, dan Ford untuk berinvestasi di Indonesia.
Bahlil menuturkan dengan program hilirisasi yang tengah digencarkan saat ini diharapkan dapat meningkatkan pendapat PDB per kapita Indonesia mencapai 11.000 dolar AS (Rp 168 juta) dalam 10 tahun ke depan.
"Sepuluh tahun ke depan, kita ingin pendapatan per kapita kita harus 10.000 sampai 11.000 dolar (AS). Nah itu rumusnya, salah satu di antaranya adalah penciptaan nilai tambah lewat hilirisasi," ucap Bahlil.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/08/23/082200315/indonesia-bisa-punya-industri-baterai-kendaraan-listrik-terbesar-dunia