JAKARTA, KOMPAS.com - PT TransJakarta telah memberikan komitmennya untuk turut mendukung program elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia melalui pengadaan bus lsitrik untuk transportasi umum.
Hanya saja, pengadaan bus listrik sebagai operasional transportasi umum masih lebih mahal dibandingkan bus berbahan bakar solar. Bahkan, disebutkan selisih bisa mencapai 30 persen.
Demikian dikatakan Direktur Utama PT TransJakarta Welfizon Yuza dalam Rapat Kerja bersama Komisi B DPRD DKI Jakarta, Jumat (10/6/2023).
"Bus listrik ini kan saat ini kita bayar lebih kurang 30 persen lebih mahal dibanding (bus) solar yang eksisting," kata Welfizon.
Supaya proses transisi menuju kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan dan mencapai target Net Zero Emission Indonesia pada 2060 mendatang, ia pun mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan pemberian insentif.
Sehingga, beban biaya pengadaan bus listrik bisa lebih ringan meski dalam kesempatan itu tidak disebut secara rinci berapa selisihnya secara rupiah.
"Harusnya insentif-insentif ini kan dari semua instansi dan lembaga juga memberikan dukungan, seperti yang sekarang misalnya mengenai PPn dan segala macam yang sedang dibahas," ujarnya.
Welfizon mengatakan, saat ini TransJakarta telah mengoperasikan 30 unit bus listrik. Rencananya, jumlah tersebut akan ditambahan 70 unit bus hingga akhir tahun.
Setelah pengadaan 100 unit bus listrik, pihak TransJakarta akan melakukan evaluasi, baik dari sisi bisnis, finansial, operasional, hingga sisi teknis lainnya.
"Perkembangan teknologi terkait dengan bus listrik ini sangat cepat sekali, kami harus hati-hati," kata Welfizon.
"Sehingga nanti tidak ada risiko sudah melakukan pengadaan begitu banyak bus listrik, ternyata ada perubahan regulasi, perubahan bisnis, dan yang lainnya. Jadi kita lihat 100 unit bus listrik kita jalankan dulu, kita evaluasi sambil mendorong regulasi-regulasi terkait keluar," tambahnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/12/092200315/transjakarta-bilang-pengadaan-bus-listrik-lebih-mahal-30-persen