JAKARTA, KOMPAS.com – Konversi motor listrik jadi salah cara memperoleh motor listrik dengan harga terjangkau. Meski begitu, biaya konversi masih dirasa mahal. Tak heran laju pertumbuhan konversi motor listrik terbilang lambat.
Senda Hurmuzan Kanam, Kepala Balai Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan dan EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan, pihaknya berencana menekan biaya konversi motor listrik.
“Kami pernah melakukan survei pada 2020, ketika kami meluncurkan program ini. Dalam survei itu disebutkan masyarakat itu tertarik kalau harganya di bawah Rp 5 juta,” ujar Senda di Jakarta (7/6/2023).
“Saat ini karena harga baterai naik, makanya biayanya sampai Rp 15 juta. Masyarakat melihat itu masih mahal, karena bagian komponen termahal baterai karena harganya sekitar Rp 7-8 juta. Makanya kita harus optimistis bagaimana masyarakat itu bisa tertarik,” kata dia.
Senda juga mengatakan, Kementerian ESDM menargetkan konversi motor listrik hingga 350 unit sampai akhir 2023.
“Target ini memang tidak mudah, yang kami pikirkan komponen termahal itu baterai. Jadi dari masyarakat yang mengajukan permohonan itu sudah ada 100-an,” ucap Senda.
Ia menambahkan, saat ini Kementerian ESDM tengah mencari investor agar bersedia menjadi investor dan operator swap baterai. Tujuannya, agar masyarakat tak perlu mengeluarkan biaya buat baterai.
“Target ke depan kalau investornya berhasil, biaya konversi makin kecil. Kalau dalam beberapa bulan ini ada investor yang bersedia membangun swap baterai, jadi masyarakat tinggal membayar Rp 2-3 juta saja, dengan adanya bantuan pemerintah,” kata Senda.
“Jadi dengan adanya investor ini, motor konversi ini tak perlu lagi membeli baterai, hanya tukar. Seperti membeli tabung gas melon, masyarakat tidak perlu membeli tabungnya, hanya gasnya,” ujar dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/06/07/170100715/kementerian-esdm-mau-bikin-murah-biaya-konversi-motor-listrik