JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan baterai pada mobil listrik masih menjadi perbincangan hangat walaupun saat ini popularitas kendaraan jenis terkait sudah jauh berkembang di Indonesia.
Hal tersebut, dikarenakan harga pergantian baterai yang masih sangat mahal bahkan mencapai lebih dari 50 persen dari kendaraan itu sendiri. Sehingga pemilik perlu tahu, bagaimana cara memaksimalkan supaya menekan potensi kerusakan baterai.
Mengingat, menurunnya kemampuan baterai juga akan mengganggu fungsi kendaraan listrik sebagai transportasi harian.
Dalam keterangannya, Head of Service Planning and Strategy Department PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Suprayetno menjelaskan, hal ini bukanlah persoalan sulit. Namun, memang dibutuhkan kedisiplinan dari tiap pengguna.
"Salah satunya, hindari penggunaan fast charging terlalu sering. Pemilik sebaiknya mengutamakan pengisian daya secara normal," kata dia belum lama ini.
"Charging pakai wall charger, arus listriknya tidak terlalu besar, tapi tidak membuat baterai cepat panas dan bisa ditinggal semalaman kalau di rumah," tambah dia.
Memang penggunaan fast charging bisa mengisi daya baterai lebih cepat dan siap dipakai kembali. Tetapi, arus listrik yang besar dalam sumber tersebut memiliki temperatur sangat tinggi.
Alhasil, menurut Suprayetno, baterai akan lebih cepat panas sehingga pada akhirnya memperpendek lithium-ion atau kandungan sel yang berada di dalamnya.
Selain itu, seringnya proses pengisian daya juga meningkatkan siklus baterai yang lebih tinggi. Sehingga, disarankan juga untuk tidak sering melakukan charging.
"Umur dan kemampuan kapasitas baterai menyerap daya listrik terhitung dari jumlah siklus charging. Maka, isilah daya mobil listrik ketika memang dibutuhkan," terang Suprayetno.
Hal serupa juga dikatakan pengamat otomotif dari Institusi Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi. Maka idealnya, pengisian baterai kendaraan listrik ialah di rumah dengan arus listrik normal.
"Idealnya pengisian baterai motor maupun mobil listrik di rumah. Fast charging itu hanya digunakan dalam keadaan mendesak, sekali dua kali boleh lah tetapi jangan dibiasakan," ucap dia.
Menurut Agus, baterai pada prinsipnya memiliki pengukur arus listrik maksimal yang masuk yaitu ampere hours (AH). Biasanya, hitungannya sangat normal sesuai pengisian daya di rumah atau non-fast charging.
Sementara apabila kendaraan listrik selalu memakai fast charging, maka hitungannya tak tepat karena arus listrik yang masuk berlebih.
"Hitungannya jadi di bawah hours, menitan. Jadi berarti charging-nya dua kali kapasitas, istilahnya dipasa. Otomatis, termal akan naik sehingga keawetannya turun," jelasnya.
Oleh karena itu, terlalu sering menggunakan teknologi fast charging maka kemampuan baterai juga akan menurun sehingga mengganggu fungsi kendaraan listrik sebagai moda transportasi harian.
Cara lainnya, ialah dengan memperhatikan tempat parkir kendaraan listrik. Sebisa mungkin, jangan diparkir di wilayah dengan tingkat suhu panas tinggi atau berada di bawah matahari langsung.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/30/132100115/mobil-listrik-jangan-terlalu-sering-pakai-fast-charging