JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat otomotif dari Institusi Teknologi Bandung (ITB) Agus Purwadi menyatakan, bila pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan kunci sukses untuk membawa Indonesia memiliki daya saing tinggi di era elektrifikasi.
Hanya saja untuk mencetak SDM berlabel spesialis membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar tujuh sampai 10 tahun. Maka dari itu, investasi di sektor terkait harus segera dilakukan agar tidak ketinggalan dengan negara lain.
"Saat ini kita pikir Indonesia agak sedikit terlambat dalam mempersiapkan SDM di bidang otomotif khususnya untuk kendaraan listrik. Jadi harus benar-benar segera diakselerasi," kata Agus Purwadi, Rabu (25/1/2023).
Untuk menghasilkan SDM yang unggul dalam suatu bidang, lanjut Agus, tidak hanya soal memberikan ilmu teori-teori dasar kepada para pembelajar. Riset untuk memperdalam pengetahuan di sebuah bidang juga sangat memiliki peran yang penting.
Tetapi saat ini, menurutnya, Indonesia masih terbilang minim dalam menginvestasikan dana untuk kebutuhan riset terutama di bidang otomotif yang sudah masuk ke ranah elektrifikasi.
"Investasi untuk riset itu saya rasa masih kurang, kalau kita lihat negara-negara seperti India, Vietnam dan juga Thailand sudah maju sekali mereka," ucap dia.
"Riset baterai kita itu masih sedikit dan kecil jika dibandingkan dengan negara maju. Terus, riset di bidang komponen motor dan controler itu juga masih sedikit jumlahnya," tambah dia.
Hal serupa juga dinyatakan Direktur Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.
Oleh karena itu, perusahaan berusaha berkerjasama untuk mengubah kurikulum di SMK menyesuaikan teknologi yang berkembang.
Sementara soal penciptaan tenaga ahli, perseroan berkerja sama dengan BRIN mengenai pengembangan teknologi masa depan yaitu kendaraan hidrogen.
"Sekarang kurikulum di sekolah-sekolah masih kendaraan berbasis karburator. Sementara sekarang kan sudah masuk ke kendaraan ramah lingkungan seperti hybrid," ucap Bob.
Agus menyebut, kini investasi dana untuk riset pemerintah RI menggelontorkan dana sebesar Rp 100 miliar lebih. Ia bersama dengan kawannya di ITB, mendapat jatah sebesar Rp 15 miliar yang harus dibagi ke enam komponen untuk dilakukan riset.
"Meski begitu kalau berkaca pada China, Indonesia masih tertinggal jauh. China dalam satu komponen bisa menghabiskan miliaran dolar," ucap dia.
Untuk menjangkau ketertinggalan ini, Agus menilai sistem pendidikan di Indonesia harus cepat melihat tren industri yang ada di dunia saat ini. Memulai dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah langkah yang positif untuk menciptakan SDM yang unggul.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/27/170100315/masuk-era-kendaraan-listrik-sdm-indonesia-harus-sudah-siap