JAKARTA, KOMPAS.com - Chery Tiggo 8 Pro punya dimensi mesin yang cukup besar dan bertenaga. Mesin 2.000 cc TGDI yang digunakan menghasilkan daya 250 Tk dan torsi 390 Nm.
Selain mesin yang bertenaga, dimensi dari Tiggo 8 Pro juga cukup besar, panjangnya 4.722 mm, lebar 1.860 mm, dan tinggi 1.746 mm. Ukuran bodi tersebut hampir 10 Cm lebih panjang dari Honda CR-V dan mirip dengan Toyota Fortuner (panjang 4.795 mm).
Lalu bagaimana impresinya saat dikemudikan di dalam kota?
Pertama, Tiggo 8 Pro punya visibilitas yang baik. Kondisi ini didukung dengan pengaturan bangku yang lengkap dan elektris, bahkan ada fitur memory. Jadi, menyesuaikan posisi duduk dengan sudut pandang terbaik mudah dicapai. Selain itu, posisi duduk terasa cukup lapang di balik kemudi.
Terus, setir pun bisa diatur posisinya secara tilt (geser atas-bawah) dan telescopic (geser maju-mundur), sehingga mendapatkan posisi menyetir yang baik.
Kaca pada spion juga ukurannya cukup besar, ditambah adanya fitur blind spot detection yang sangat berguna di jalan perkotaan. Ketika ada mobil atau kendaraan lain dalam posisi blind spot, maka lampu menyala pada spion dan muncul animasi di instrument cluster.
SUV ini memang punya bodi yang ukurannya tidak ringkas. Namun, ketika diajak keliling kota kendali terasa menyatu dengan kondisi lalu lintas. Kesan percaya diri, lincah, dan nurut tetap terasa dari sudut pengemudi. Tidak terasa membawa mobil yang besar.
Apalagi, Tiggo 8 Pro sudah dilengkapi dengan kamera 360 derajat, jadi bisa melihat kondisi di sekitar kendaraan. Bahkan sambil jalan pelan, bisa langsung tekan tombol kamera di bagian tengah dasbor untuk memilih tampilan kamera depan, samping, atau belakang.
Soal respons mesin, tenaga sebanyak 250 Tk ini sudah lebih dari cukup untuk berkendara harian. Menurut preferensi redaksi, mode Eco sudah paling pas digunakan saat berjalan di perkotaan atau sehari-hari.
Mode Eco membuat Tiggo 8 Pro punya respon gas yang mulus. Sedangkan untuk Normal, menurut kami agak terlalu responsif gasnya, kurang nyaman ketika berada dalam kondisi jalan yang stop & go, apalagi pindah ke mode Sport yang lebih responsif.
Tapi jangan terlena, walau sedang dalam mode Eco, tenaga sebanyak 250 TK bisa dikeluarkan ketika pedal gas diinjak dalam. Mobil langsung melaju, bahkan terasa seperti bagian depan sedikit mengangkat.
Sayangnya, bantingan setir agak terlalu ringan, terutama saat pedal gas diinjak dalam. Pengemudi harus ekstra waspada, jangan sampai setir tidak digenggam dengan baik yang berujung kehilangan kendali.
Soal kenyamanan, Tiggo 8 Pro didukung dengan tipe transmisi yang digunakan, yakni dual clutch 7 percepatan. Perpindahan antar gigi saat jalan sangat halus, walau kadang di kecepatan rendah agak kagok, butuh adaptasi dengan karakter transmisinya.
Tapi ketika sudah terbiasa, menyetir Tiggo 8 Pro sehari-hari sangat bisa diandalkan. Apalagi ketika berada di kemacetan, bisa memanfaatkan fitur auto hold, jadi bisa mengangkat kaki dari rem tanpa harus memindahkan transmisi dari D saat berhenti.
Soal bantingan suspensi, Tiggo 8 Pro cukup nyaman walau sedikit keras. Jalanan yang bergelombang bisa diredam dengan baik, begitu juga lubang yang dalam selama dilewati dengan kecepatan yang rendah.
Selain merasakan sensasi mengemudi di perkotaan, kami juga mengetes seberapa irit Tiggo 8 Pro. Kami melakukan perjalanan sejauh 60 Km keliling Jakarta dan melihat berapa konsumsi BBM pada MID.
Tes kami lakukan pada jam pulang kerja, artinya macet dan cukup ramai. Dengan jarak 60 Km, menggunakan BBM RON 92, Tiggo 8 Pro menghasilkan konsumsi BBM 7,2 Km per liter.
Bisa dibilang, hasil tersebut cukup hemat untuk mobil dengan dimensi hampir 4,8 Meter dan punya tenaga yang buas. Jadi Tiggo 8 Pro sebenarnya mumpuni untuk digunakan sehari-hari.
https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/02/100200915/sensasi-mengemudi-chery-tiggo-8-pro-dalam-kota-mumpuni-untuk-harian