SEMARANG, KOMPAS.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diprediksi sejumlah pihak bisa berdampak luas, salah satunya pada harga jual mobil bekas.
Pasalnya, tingkat mobilitas harian diperkirakan menurun, atau para pekerja bermigrasi menggunakan moda transportasi umum atau yang lebih murah.
Seperti diketahui, peminat mobil bekas kebanyakan para pekerja formal. Alasannya, menggunakan mobil pribadi dinilai lebih nyaman dan praktis.
Lantas bagaimana nasib penjualan mobil bekas?
Alfiyan Pemilik Showroom Anugrah Mobil di Area Carsentro Semarang mengatakan, belum bisa memprediksi penjualan pasca-naiknya harga BBM. Namun, dia optimis penjualan per bulan tetap stabil.
"Belum bisa diprediksi apakah penjualan menurun, normal, atau naik. Kalau sekarang tren penjualan masih bagus," ucap Alfiyan, kepada Kompas.com, Minggu (4/9/2022).
Tren penjualan mobil seken saat ini diklaim cukup baik. Rata-rata per bulan bisa 5-7 unit yang terjual.
Hal itu sudah hitungan dari semua segmen mobil bekas, baik MPV, SUV, dan city car. Sementara untuk penjualan tertinggi masih MPV.
"Sudah bagus penjualan, tiga bulan lalu angkanya masih naik turun," katanya.
Hal senada diutarakan Krisdani Karyawan Rizky Jaya Mobil. Menurutnya, dampak kenaikan BBM belum bisa diprediksi pada pasar mobil bekas.
"Semoga penjualan mobil bekas tetap normal. Ini baru membaik pasca pandemi Covid-19," ucapnya.
Menurutnya, penjualan semua unit saat ini sudah bagus. Dari semua tipe mobil bekas, permintaan tertinggi di showroom berasal dari city car.
"Konsumen banyak tertarik model city car, semacam Brio. Harganya Rp 150 - Rp 200 jutaan," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/09/04/173100815/kenaikan-bbm-diprediksi-tak-usik-pasar-mobil-bekas-di-semarang