JAKARTA, KOMPAS.com - Saat berkendara jarak jauh atau ke daerah yang belum pernah dilewati, peta digital atau navigasi menjadi salah satu solusi. Dengan bantuan aplikasi tersebut, pengemudi bisa dengan mudah mengambil jalur tercepat untuk sampai di titik tujuan.
Namun saat mengikutinya, pengemudi harus tetap memperkirakan apakah kendaraan mampu melintasi jalur yang direkomendasikan atau tidak.
Sebab, tak jarang rute tersebut bukan rekomendasi yang tepat untuk dilalui mobil maupun sepeda motor.
Seperti contoh yang ada dalam unggahan akun Instagram @andreli_48. Pada rekaman itu, terlihat mobil Suzuki Ertiga berwarna hitam terperosok di dalam hutan.
Diketahui pengemudi tersebut mengikuti aplikasi google maps atau peta digital dari lokasi yang dibagikan oleh kerabatnya.
“Menggunakan aplikasi shareloc pengemudi mobil asal jombang nyasar di tengah hutan madiun, sebelumnya pengemudi mendapat kiriman shareloc dari temanya yang beralamat di bantengan wungu madiun saat hendak pergi kerumahnya,” tulis postingan tersebut.
“Aplikasi penunjuk arah sebaiknya digunakan sebagai referensi agar lebih mudah, dekat, aman dan arahnya jelas. Tidak disarankan mengandalkan 100 persen, karena nomor satu pengemudi harus paham detail lokasinya,” ucap Sony saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/5/2022).
Menurut Sony, hanya pengemudi pemula saja yang mengandalkan aplikasi seperti itu. Pasalnya, jika sudah banyak pengalaman biasanya dalam mengambil keputusan akan banyak pertimbangan.
“Berikutnya, pengemudi sebaiknya tidak memaksakan diri. Artinya, kalau memang jalan tersebut sudah terlihat tidak layak, ya jangan diteruskan. Kontak yang bersangkutan untuk minta supaya pertemuannya di geser ke area yang lebih aman,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/31/071200115/akibat-ikuti-peta-digital-mobil-tersesat-dan-terperosok-ke-hutan