JAKARTA, KOMPAS.com - Meski pelaksanaan mudik Lebaran 2022 berjalan cukup baik, namun berdasarkan catatan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), ada enam poin yang menjadi bahan evaluasi.
Adapun evaluasi pada sektor darat difokuskan pada penerapan rekayasa lalu lintas yang dilakukan selama arus mudik dan balik pada ruas Jalan Tol Trans-Jawa.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan, secara umum apa yang dilakukan kepolisian sudah cukup baik dan sesuai rencana, namun ada beberapa evaluasi yang harus dilakukan untuk ke depannya.
"Sudah sesuai rencana karena kesiapan dalam melakukan one way ini sudah cukup panjang. Untuk evaluasinya ini ada beberapa hal, pertama terkait perlunya dilakukan antisipasi pergerakan komuter," ujar Budi, dalam konferensi pers secara virutal, Selasa (17/5/2022).
Terkait komuter yang dimaksud untuk mengantisipasi banyaknya jumlah penduduk pada kota satelit yang menghasilkan pergerakan yang banyak.
Apalagi penerapan one way dan ganjil genap melewati kawasan aglomerasi, seperti Bandung Raya dan juga Kabupaten Karawang yang memiliki banyak pergerakan dan membutuhkan akses tol.
"Saat pemberlakukan one way, kepolisian sebenarnya juga sudah melakukan beberapa variasi lokasi penetapan, seperti dari Km 47 dan Km 70 Jalan Tol Jakarta-Cikampek, bahkan mulai dari Halim. Tapi pada pelaksanaan lebih banyak dari Km 70 agar pergerakan ke Bekasi tak terganggu," ucap Budi.
Evaluasi kedua menyangkut permasalahan pada jalan nasional. Menurut Budi, imbas penerapan one way dan ganjil genap di jalan tol, mengakibatkan kendaraan yang tidak sesuai dengan aturan beralih ke jalan arteri atau nasional.
Kondisinya makin padat, karena di satu sisi kendaraan yang menuju ke Jakarta dialihkan via jalan nasional. Bila hal ini tidak diantisipasi dengan baik, akan terjadi permasalahan seperti kepadatan lalu lintas.
Selanjutnya soal kendaraan yang berhenti atau beristirahat di bahu jalan. Budi mengatakan, hal ini juga menjadi bahan evaluasi ke depannya karena menghambat laju di jalan tol dan membuat kepadatan.
"Ini juga harus diantisipasi, karena pelaksanaan kemarin itu banyak masyarakat yang membuat rest area sendiri, dengan gelar tikar dan beristirahat di bahu jalan sehingga menimbulkan kepadatan," katanya.
Keempat terait bottleneck pertemuan di Tol Layang MBZ dengan jalur utama Jakarta-Cikampek. Kondisi tersebut tak bisa dipungkiri yang berimbas pada kepadatan lalu lintas.
Untuk hal ini, Budi menyampaikan perlunya skema pemberlakuan buka tutup khususnya untuk akses tol layang, guna menekan potensi kemacetan.
Evaluasi selanjutnya soal kecepatan kendaraan saat one way dilakukan yang mana membuat pemudik kerap memacu kendaraan lebih cepat imbas meningkatnya kapasitas jalan. Hal tersebut berisiko terjadi kecelakaan.
"Terakhir soal diperlukannya simulasi guna mengatasi kemacetan yang terjadi di jalan arteri atau non-tol akibat penerapan one way. Tentunya ini jadi pembelajaran kita untuk memperhatikan traffic yang ada di jalur komuter di sekitar Bekasi," ujar Budi
"Hal ini memang menjadi persoalan dan perlu adanya masukkan, karena di jalan nasional, terutama di Karawang itu cukup berat bebannya," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2022/05/18/083100615/evaluasi-rekayasa-lalu-lintas-mudik-lebaran-6-hal-ini-jadi-sorotan