JAKARTA, KOMPAS.com - Tren mengkoleksi sepeda motor lawas kembali naik ke permukaan. Peminatnya pun kian bertambah. Dengan membawa nilai-nilai historis serta nostalgia, motor yang sudah tidak diproduksi lagi kini jadi buruan.
Kabar terbaru, viral di media sosial seorang pengusaha bernama Sakriantoro dari Sukoharjo, Jawa Tengah mengkoleksi hingga ratusan unit sepeda motor dari berbagai merek dan segmen. Mulai dari moped alias motor bebek, sampai skuter matik (skutik) dengan warna langka.
Apabila berminat untuk mulai mengkoleksi motor lawas, perlu dipahami terlebih dahulu perbedaan utama antara unit NOS alias New Old Stock dengan unit restorasi. Jangan sampai salah paham.
Sesuai namanya, unit NOS berarti barang baru keluaran pabrikan tapi sesungguhnya merupakan stok lama. Motor tersebut sejak awal dibeli benar-benar tidak pernah digunakan sama sekali.
“NOS atau New Old Stock itu sebetulnya hanya istilah saja, jadi barang baru tapi stoknya lama," ujar Ahmad Arif, pedagang jual beli motor lawas di Jakarta Utara kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Sementara untuk unit restorasi merupakan motor yang diperbaiki total sehingga nampak jadi bentuk asli seperti saat awal dibeli dari diler. Dengan kata lain, seluruh onderdil yang dipasang sesuai dengan pabrikan.
“Untuk restorasi sebetulnya sudah termasuk orian. Jadi orian itu ada dua, orisinil dari bawaan pabrik dan restorasi ori,” kata ia melanjutkan.
Kedua kondisi tersebut bisa dibilang sangat berpengaruh terhadap harga sebuah motor lawas. Sebuah model motor yang masih banyak diincar, contohnya seperti Yamaha RX-King, dalam kondisi NOS akan dipasang pada harga tinggi, puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/26/162100815/ingin-punya-motor-jadul-kenali-dulu-bedanya-unit-nos-dan-restorasi