JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran bus yang terjadi di ruas Tol Semarang-Solo Km 433, Sabtu (4/12/2021), menambah panjang daftar insiden bus yang terbakar pada tahun ini.
Bus bisa terbakar karena berbagai penyebab. Namun faktor terbesar ada pada kesalahan instalasi sistem kelistrikan.
Hal tersebut diungkapkan Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/12/2021).
Wildan menjelaskan, kemungkinan kebocoran sistem bahan bakar tetap ada, namun secara skala sangat kecil. Hal paling memungkinkan adalah timbulnya korsleting atau bahkan arcing alias lompatan arus listrik di udara pada jaringan kelistrikannya.
"Saya belum pernah menemukan terbakarnya bus karena kebocoran sistem BBM ataupun overheat pada mesin. Kalau pada kendaraan pribadi, saya beberapa kali menemukan hal tersebut. Itu pun dipicu dari modifikasi, bukan kesalahan perakitan dari pabrikan," ujar Wildan.
Wildan melanjutkan, tiga syarat timbulnya api, yakni oksigen, percikan, dan material mudah terbakar, banyak ditemukan di kompartemen mesin dan baterai. Sumber percikan api yakni dari korsleting atau arcing yang telah disebutkan sebelumnya.
Dimulai dari kompartemen baterai, Wildan kerap menemukan kasus buruknya pemeliharaan baterai pada bus yang mengakibatkan munculnya korosi.
Lantas berkurangnya cairan baterai hingga di bawah ambang batas membuat pelat anoda dan katoda yang semula berfungsi sebagai penyimpan daya berubah jadi beban. Perubahan fungsi ini menyebabkan alternator lebih cepat panas.
Ketika alternator mengalami overheat, suhunya bisa merusak belitan atau kumparan di sekitarnya sehingga bisa menimbulkan korsleting. Selain itu, overheat yang menyebabkan pemuaian komponen tersebut bisa saling bergesekan dan berisiko menimbulkan percikan api.
Beralih ke kompartemen mesin. Wildan mengungkapkan salah satu faktor api muncul dari sektor tersebut adalah pemasangan kabel yang sembarangan melintasi bagian dalam bodi bus dan rangkanya tanpa diproteksi dengan pelindung kabel.
Dia juga menceritakan pengalamannya yang kerap menemui instalasi kabel dalam bodi bus hanya diikat pada rangka atau struktur logam lainnya bermodalkan kabel tis.
Selain itu, penutup sambungan antar kabel hanya menggunakan isolasi atau lakban, bukan konektor yang standar.
Lokasi sambungan yang dekat dengan mesin bersuhu panas menyebabkan isolasi penutup sambungan kabel bisa dengan mudah mengelupas. Risiko korsleting dan arcing pun kembali menghantui.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/12/05/173100215/masalah-kelistrikan-jadi-sumber-utama-kebakaran-bus