Lulut Wahyudi, Direktur Kustomfest mengatakan, ada banyak roda ekonomi yang digerakkan dari dunia kustomisasi atau kerap disebut kustom. Aktivitas ini seluruhnya terkena dampak dari pandemi Covid-19.
"Kustom kulture itu adalah api, dari api itu keluar banyak percikan. Salah satunya percikannya ialah industri yang lahir dari dunia custom," kata Lulut yang ditemui Jumat (5/11/2021), di Jakarta.
Builder Retro Classic Cycles itu mengatakan, pembangunan motor custom bersinggungan langsung dengan beberapa pihak atau industri lain.
"Dampak ekonomi yang paling kecil saja, satu motor (custom) yang masih orisinil apa saja. Selebihnya itu custom pasti menggerakkan roda ekonomi," katanya.
"Misalkan builder bikin tangki tapi ngecat kasih ke (orang) lain, kemudian ada juga dikrom. Kemudian bisa bikin rangka, tapi mesin tidak bisa, jadi kasih ke bengkel lain," katanya.
"Kemudian mulai roda, ban hingga sampai jadi satu motor, itu berapa hajat hidup orang yang bersinggungan langsung (dengan motor custom) yang langsung kena industri mikro," kata dia.
Kustom kulture kata Lulut, juga bersinggungan dengan hal-hal di luar teknis atau dunianya sendiri. Salah satunya melahirkan lifestyle atau tren anak motor.
"Salah satunya lifestyle. Dulu orang ngomongin lagu buat anak motor jarang kecuali band rock, sekarang lagu temanya dunia custom, bahkan penggambaran visualnya custom," katanya.
"Bahkan produk-produk apapun banyak yang menggunakan custom sebagai bahasa marketing dia. Ini adalah turunan dari custom," kata Lulut.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/11/08/110200115/geliat-budaya-kustomisasi-motor-dan-pandemi-covid-19