JAKARTA, KOMPAS.com - Fenomena kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan berat jenis bus dan truk di Indonesia kembali marak. Beberapa di antaranya bahkan telah merenggut nyawa seperti terjadi pada akhir pekan lalu di Tol Cipularang.
Seiring dengan itu, berbagai tanggapan bermunculan baik mengkritik terkait kemahiran pengemudi truk dalam mengendalikan kendaraan, sampai imbauan pengendara lain agar meningkatkan atensinya bila di jalan raya.
Tidak terkecuali dari Ketua Umum Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo), Kyatmaja Lookman. Menurut dia, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan insiden tersebut hadir dan tampak selalu berulang.
"Pertama dari geometris jalan di Indonesia yang unik, tidak selalu lurus serta mulus. Sehingga dalam beberapa titik, rawan kecelakaan seperti di ruas Tol Cipularang, Jawa Barat KM 91," katanya saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/10/2021).
"Itu desain jalannya tidak landai, cukup tajam jadi sangat rawan bagi seluruh kendaraan khususnya truk atau bus. Kedua, dari keamanan kontainer terkait," lanjut Kyatmaja.
Pasalnya, sering kali kunci pengait antara trailer atau kerangka kendaraan ke kontainer (twist lock) patah atau tidak tersambung dengan benar ketika truk usai melakukan proses penempelan kontainer.
Petugas di pelabuhan pun sering lalai melakukan pemeriksaan kembali bagian ini. Sehingga dalam keadaan tertentu, kontainer akan terlepas dari bodi atau kerangkanya, terkhusus di tikungan atau turunan yang tajam.
"Saat proses kontainer ditempel ke kerangka truk, kadang-kadang twist lock itu patah karena terlalu keras tekanan dari bebannya. Jadi sering kali, tidak terkunci sehingga saat terkena angin atau limbung, bisa terjatuh," katanya.
"Mirisnya, masih banyak truk yang hanya mengandalkan twist lock tersebut untuk mengunci kontainernya, baik untuk sudut depan maupun belakang. Jadi, sering dilihat kontainer terlepas dan menimpa kendaraan sekitar," lanjut Kyatmaja.
Oleh karena itu, menurut Kyatmaja, dalam upaya meningkatkan keselamatan seyogyanya dari Direktorat Perhubungan Laut atau otoritas pelabuhan harus memastikan keamanan penguncian bahwa kontainer di atas trailer.
"Saya rasa juga Depo juga harus ikut andil dan bertanggung jawab. Jangan diletakkan saja tidak dikunci, itu kan miris sekali, sangat bahaya. Kalau ada truk masuk pelabuhan twist lock-nya tidak ada, jangan diterima ," ucap dia.
Masalah ketiga, ialah kebanyakan perusahaan pemilik truk terkait tidak punya sistem keselamatan kendaraan yang baik. Akibatnya, banyak truk yang tidak terawat dengan baik untuk siap digunakan atau beroperasi.
Di samping itu, kualifikasi ketrampilan mengemudi truk juga rendah karena minim perhatian khusus. Jadi, pengemudi tidak memiliki keahlian yang baik ketika harus menghadapi medan jalan yang beragam di Indonesia.
"Mengemudi truk dengan mobil biasa itu sangat berbeda, misalnya pada teknik pengereman saat turunan. Mobil kecil menggunakan minyak rem saat pengereman pakai kaki dan nyodok ke piston," kata Kyatmaja.
"Namun kalau truk, karena berat, saat rem diinjak minyak rem akan keluarkan angin yang mendorong piston untuk melakukan pengereman. Masalahnya, angin ini bisa habis dan bisa buat rem blong. Maka, pengemudi harus memainkan engine brake saat turunan," tambahnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/10/19/140100715/masalah-klasik-penyebab-seringnya-kecelakaan-truk-di-indonesia