JAKARTA, KOMPAS.com - Saat naik bus, masih kerap dijumpai fasilitas charging dalam bentuk stop kontak rumahan untuk ponsel milik penumpang. Padahal stop kontak semacam ini memiliki risiko besar saat dipasang pada kendaraan.
Stop kontak rumahan rawan tidak stabil saat digunakan, apalagi jika instalasi ini dipasang pada objek bergerak seperti kendaraan.
Guncangan yang timbul karena bus yang melaju bisa membuat stop kontak rumahan cepat longgar dan tidak bisa menahan colokan dengan stabil.
Dalam investigasinya beberapa waktu lalu, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan membenarkan hal tersebut.
Kejadian seperti korsleting atau arcing dalam bus bisa terjadi salah satunya diakibatkan instalasi stop kontak rumahan ini. Ketika stop kontak tidak bisa menahan colokan dan menimbulkan jarak dengan soket, arcing pun dapat terjadi.
Belum lagi jika stop kontak ini tidak dilengkapi dengan penutup. Wildan mengkhawatirkan komponen metal di dalamnya lebih cepat mengalami korosi dan berkarat akibat kelembaban udara, uap air, dan paparan debu.
Ketika terjadi korsleting atau arcing, suhu yang tinggi hingga ratusan derajat celcius pada satu titik bisa melelehkan isolator di stop kontak. Tentu hal ini bisa menimbulkan api dan menyebabkan kebakaran besar.
Maka dari itu Wildan merekomendasikan para perusahaan karoseri untuk menggunakan port USB alih-alih stop kontak rumahan pada bodi bus yang mereka rakit.
"(Karena) colokan USB lebih secure, lebih aman," ungkap Wildan.
Ia menilai port USB lebih stabil, sebab umumnya komponen ini sudah memenuhi standar praktik industri untuk transportasi publik seperti tahan getaran, tahan kelembaban, dan tahan suhu.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/08/07/130200415/ini-alasan-karoseri-bus-mulai-pasang-port-usb-untuk-charger-ponsel