JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi pehobi sepeda motor jadul atau lawas, pasti sudah akrab dengan istilah motor restorasi dan new old stock (NOS). Keduanya akhir-akhir ini banyak diperbincangkan karena sedang naik daun.
Seiring perkembangannya, kegemaran untuk bermain di kedua jenis motor tersebut tak hanya sekadar menjadi hobi semata, tapi juga menjadi bisnis karena punya nilai investasi yang cukup tinggi.
Apabila mendapatkan motor-motor yang notabennya berstatus edisi terbatas dan tahun lawas sudah pasti penjualnya bakal pasang harga suka-suka. Jika dilihat dari segi strata, motor NOS memang memiliki banderol yang sangat abu-abu karena kelangkaannya.
Sesuai dengan sebutannya, motor NOS memiliki makna sebagai barang baru tapi stok lama. Artinya, motor tersebut sejak dibeli benar-benar sama sekali tidak pernah digunakan.
“NOS atau New Old Stock itu sebetulnya hanya istilah saja, jadi barang baru tapi stoknya lama. Seperti RX-King Special Edition yang kemarin saya jual Rp 150 juta itu NOS, barang baru tapi dari tahun 2003 belum pernah dipakai sama sekali,” ucap Ahmad Arif pedagang jual beli motor lawas di Jakarta Utara belum lama ini kepada Kompas.com.
Sementara restorasi sendiri menurut pria yang dikenal dengan Arif King Priok adalah, melakukan perbaikan total menjadi bentuk asli seperti saat motor keluar dari diler. Jadi semua part yang dipasang sesuai dengan pabrikan.
“Untuk restorasi sebetulnya sudah termasuk orian. Jadi orian itu ada dua, orisinil dari bawaan pabrik dan restorasi ori,” kata dia.
Kedua kriteria tersebut sangat mempengaruhi harga motor lawas. Semakin spesial kondisi motor maka harganya juga menjadi sangat fantastis.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/06/11/090200615/berniat-beli-motor-jadul-pahami-dulu-bedanya-nos-dan-restorasi