JAKARTA, KOMPAS.com - Saat mengisi air pada radiator mobil, biasanya menggunakan cairan khusus atau coolant. Meski begitu, banyak pemilik kendaraan bermotor yang melakukan pengisian radiator menggunakan air keran, khususnya pada mobil. Hal tersebut dikarenakan lebih praktis dan hemat biaya.
Secara fungsi, sebenarnya sama-sama untuk pendingin suhu di dalam mesin.
Proses kerjanya melalui penyaluran sirkulasi ke dalam sistem dengan menggunakan pompa. Cairan tersebut akan mengalir ke dalam jalur di sekitar silinder blok mesin dan kembali lagi ke thermostat.
Namun, pabrikan sudah menganjurkan untuk mengisi radiator menggunakan cairan khusus atau coolant. Sehingga proses pendinginan suhu di dalam mesin optimal.
Lantas, bagaimana dampaknya jika mobil terlalu sering mengisi radiator dengan air keran?
Kepala Bengkel Auto2000 Bekasi Sapta Agung Nugraha, cairan coalant dan air keran masing-masing memiliki perbedaan.
Menurut Sapta, air biasa tidak bisa semaksimal coolant untuk mendinginkan suhu mesin, karena cairan khusus itu dirancang dengan berbagai bahan tambahan, sehingga sanggup menjaga suhu ruang bakar.
“Selain itu, coolant juga mampu untuk menahan korosi di dalam saluran radiator hingga water jacket di dalam mesin,” ucap Sapta belum lama ini saat dihubungi Kompas.com.
Sapta melanjutkan, penggunaan air keran sebetulnya memiliki efek buruk, namun hal tersebut tidak langsung bisa terlihat karena bersifat jangka panjang.
“Kalau menggunakan coolant, risiko terjadinya endapan yang bisa berpotensi buntu bisa diminimalisisasi dibandingkan dengan air biasa. Oleh sebab itu, jangan terlalu sering menggunakan air biasa pada radiator. Cukup jadi pilihan bila terdesak saja, bukan yang utama,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/05/24/152200315/mitos-atau-fakta-mengisi-radiator-tidak-boleh-pakai-air-keran-