JAKARTA, KOMPAS.com - Bajing loncat merupakan julukan untuk aksi kriminal perampokan muatan truk yang tengah berjalan.
Aksi ini selalu melibatkan sedikitnya 2 orang pelaku. Satu orang mengendarai motor di belakang truk incaran, sementara kawannya memanjat bak truk untuk mengambil muatan.
Bambang Widjanarko selaku Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta mengungkapkan, aksi bajing loncat ini tidak mengenal waktu. Bukan hanya malam hari, terkadang juga saat siang hari ketika lalu lintas sedang ramai.
"Bajing Loncat beroperasi setiap saat, pagi, siang, malam dan dimana saja, di pasar, di jalan lintas, di perkotaan," kata Bambang kepada Kompas.com, Kamis (29/4/2021).
Tidak hanya di jalur lintas Sumatera, bajing loncat juga terkadang ditemui di Jawa seperti di Jakarta dan Surabaya.
"Kalau di Pulau Jawa paling banyak bajing loncatnya di jalan Yos Sudarso sampai ke arah Koja, Tanjung Priok. Lalu di kawasan Dupak dan Tanjung Perak Surabaya," ungkap Bambang menambahkan.
Ia mengakui bahwa hanya aparat berwenang yang mampu menumpas kawanan bajing loncat ini. Sebab para sopir truk tidak bisa melawan. Jika sopir truk sengaja menabrak pelaku bajing loncat, ditakutkan masalah akan makin panjang karena menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Adanya tim patroli di Tanjung Priok memang dapat menurunkan angka kasus bajing loncat dan pemalakan sopir truk, namun seringkali aksi kriminal ini sulit diantisipasi.
"Bajing loncat tidak punya wilayah operasional tetap. Mereka melakukan aksinya hit & run. Ini yang menyebabkan aksi mereka sulit untuk diantisipasi," kata Bambang.
Memang mustahil bagi aparat berwenang untuk melakukan patroli penuh 24 jam di sepanjang ruas jalan. Namun Aptrindo berharap ada tindakan-tindakan lain dari aparat untuk menumpas habis para pelaku bajing loncat.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/30/110200715/fenomena-bajing-loncat-aptrindo-harap-ada-perhatian-lebih-dari-aparat