JAKARTA, KOMPAS.com - Mulai 2022, PT Toyota Motor Manufactruing Indonesia (TMMIN) siap memulai langkah baru dengan memproduksi jajaran mobil elektrifikasinya di Tanah Air.
Menuju kondisi tersebut, Toyota mengklaim mulai melakukan persiapan dari hulu hingga hilir, termasuk kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk menggarap kendaraan yang digadang-gadang ramah lingkungan tersebut.
Bob Azzam, Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT TMMIN mengatakan, bicara soal transformasi industri artinya berbicara soal orang atau SDM yang ada di dalamnya.
"Jadi untuk masuk era elektrifikasi kita diuntungkan karena memiliki natural resources yaitu cadangan nikel yang cukup besar," ucap Bob dalam diskusi virtual 50 Tahun Toyota di Indonesia, Kamis (8/4/20201) lalu.
Tetapi banyak contoh yang menggambarkan kalau hanya bergantung dengan itu saja tidak cukup, harus dibekali SDM yang kompeten dan mampu mengimplementasikan teknologi," kata Bob.
Lebih lanjut Bob mengatakan, SDM akan sangat penting sekali. Karena itu Toyota bersama dengan Astra fokus untuk pengembangan SDM, termasuk mengenalkan soal total quality control di Indonesia dan manajemen kendali mutu.
Sementara sehubungan dengan adanya tranformasi menuju elektrifikasi dari konvensional, Bob menjelaskan, pihaknya akan menyiapkan SDM mulai dari hulu hingga hilir.
Karena dipastikan bakal ada perubahan besar dari segala sisi. Mulai dari tenaga penjual, sistem finansialnya, model asuransi, bengkel, aftermarket, pabrik, sampai supplay chain pastinya akan mengalami perubahan.
"Perubahannya itu hulu sampai hilir, jadi sebelum memasuki elektrifikasi yang lebih intens kita harus menyiapkan people (SDM) dari hulu hingga hilir juga," kata Bob.
Untuk itu, Toyota Indonesia sudah menyiapkan langkah strategis sebelumnya, seperti pengadaan program pendidikan diploma yang ada di Karawang.
Bob menjelaskan untuk program diploma yang digarap Toyota pada dasarnya bersifat percontohan. Namun demikian, konsep yang diterapkan adalah mengejar adopsi teknologi otomotif dengan cepat.
"Kenapa kita dua tahun, karena dalam tempo tidak lebih dari 3 tahun kurikulumnya bisa berubah. Kita mengadopsi kurikulum baru dan yang lama dihibahkan ke SMK, sehingga kualitas SKM di bawah binaan Toyota nanti bisa sama dengan yang diploma saat ini," ucap Bob.
"Untuk teknologinya, kita saat ini sudah mulai bekerja sama dengan 7 universitas mulai melakukan riset mengenai elektrifikasi, itu sudah dari 3 tahun lalu dan akan terus dikembangkan sekaligus mengembangkan SDM yang punya kemampuan riset elektrifikasi, karena ini adalah kunci," kata Bob.
Selain itu, Bob mengatakan Toyota juga memiliki kemampuan untuk mempelajari prilaku dari konsumen, hal ini tak kalah penting mengingat konsumen di Indonesia sangat unik dibandingkan negara lain apalagi akan didominasi kaum milenial.
Model Elektrifikasi
Ketika ditanya soal produk elektrifikasi, Bob mengatakan Toyota akan konsentrasi pada model-model konvensional yang sudah ada saat ini.
Hal tersebut dilakukan tak hanya karena produknya sudah diterima pasar dengan baik, tapi untuk mempertahankan industri pendukung yang menjadi supply chain selama ini.
"kita akan meng-elektrifikasi model yang sudah ada disamping model yang akan diimpor. Kita masih susun roadmap ke depannya, dan kita berharap pada suatu waktu tertentu semua model-model yang ada saat ini itu ada model elektrifikasinya," ujar Bob.
Dengan ada peta jalan, akan mudah untuk membuat target-terget dan melakukan kerja sama dengan supply chain yang mana tak kalah penting agar bisa melakukan transformasi guna tetap memasok komponen-komponen yang berubah.
"30 persen value chain itu dikerjakan di pabrik, sementara 70 persennya ada di supply chain. Jadi ini penting sekali, dan ini menjadi akar bagi industri otomotif ke depan, karenanya harus dipikirkan transformasi industri dari konvensional ke elektrifikasi secara terencana, tidak bisa grasak-grusuk," kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/10/154200815/tahun-emas-toyota-bicara-transformasi-industri-elektrifikasi