JAKARTA, KOMPAS.com – Sasis bus besar yang paling banyak digunakan PO bus di Indonesia adalah Hino R260. Beberapa waktu lalu, PT Hino Motors Sales Indonesia baru saja merilis varian baru dari R260, yaitu versi air suspension (AS).
Asalnya, Hino R260 menggunakan per daun. Walaupun memakai per daun, dulunya, sasis ini kerap dimodifikasi dengan mengganti suspensinya menjadi air suspension tipe wide oleh karoseri.
Setelah dimodifikasi oleh karoseri, sasis Hino R260 ini dipasangkan bodi supertinggi atau Super High Decker (SHD). Sasis terbaru dari Hino ini memang memakai air suspension tipe wide, tetapi tidak disarankan oleh Hino untuk dipasang ke bodi SHD.
Prasetyo Adi Yudho, Deputy GM Product Division PT HMSI, mengatakan, dari pabrikan tidak menyarankan sasis Hino R260 AS dipasang ke bodi SHD, jadi hanya untuk model HD dengan tinggi sekitar 3,7 meter.
“Namun, biasanya customer pada nekat dan buat yang SHD. Makanya dari awal kita infokan dahulu (cuma untuk bodi high deck),” ucap Prasetyo kepada Kompas.com, Jumat (9/4/2021).
Sebenarnya, air suspension tipe wide pada sasis bus bisa saja untuk dipasangkan bodi SHD yang dimensi tingginya sekitar 3,8 m – 3,9 m. Prasetyo mengatakan, jika dipasang ke bodi SHD, Gross Vehicle Weight (GVW) akan bertambah, begitu juga rollingnya.
“Hino R260 AS GVW-nya lebih besar 1 ton (16 ton) dibanding R260 yang biasa. Namun, jika dipasang bodi yang tinggi, otomatis butuh material bodi yang lebih banyak sehingga lebih berat,” kata Prasetyo.
Kemudian soal rolling, Prasetyo menjelaskan, semakin tinggi kendaraan, maka titik beratnya juga berubah, sehingga memengaruhi kelimbungannya. Oleh karena itu, butuh kalkulasi yang baik dari karoseri saat membuat bodi bus.
“Jadi biasanya untuk menyiasati rolling yang besar, posisi beban atau bagasi ditaruh di bagian bawah. Sehingga bisa mengimbangi beban dari tingginya kendaraan,” ucapnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/04/10/122100015/sasis-bus-hino-r260-air-suspension-bukan-buat-bodi-supertinggi