JAKARTA, KOMPAS.com - Bo Bendsneyder sempat menjanjikan dengan start dari urutan ketiga pada seri pertama Moto2 2021 di Sirkuit Losail, Qatar. Sayangnya, keberuntungan belum berpihak padanya.
GP Qatar menjadi media pembelajaran juga bagi pebalap Pertamina Mandalika SAG Team tersebut. Khususnya, mengingat balapan ini sebagai debutnya di Moto2.
Hasil yang diraihnya pada sesi kualifikasi kemarin tidak lantas membuatnya tetap berada di urutan ketiga sepanjang 20 lap balapan berlangsung. Posisinya terus mendapat tekanan dari para rivalnya.
Performa pebalap Belanda yang masih memiliki darah keturunan Indonesia ini terus melorot hingga gap lebih dari 12 detik dari Sam Lowes yang memimpin balapan. Bendsneyder pun harus puas finis di posisi kesembilan.
Fokus utama pada balapan ini juga untuk beradaptasi dengan sasis Kalex. Tapi, jika dilihat peningkatannya selama sesi latihan bebas, performa pebalap yang akrab disapa Mas Bo ini cukup impresif.
"Penampilan perdana Pertamina Mandalika SAG Team ini menjadi titik awal dari Indonesia berkiprah di Kejuaraan Dunia, sekaligus mempromosikan produk-produk Indonesia yang telah layak mendunia," ujar M Rapsel Ali, Presiden Pertamina Mandalika SAG Team, dalam keterangan resminya.
Sedangkan Thomas Luthi, mampu memperbaiki posisinya selama balapan. Start dari posisi ke-17, pebalap yang cukup senior di kelas Moto2 ini finis di urutan ke-15.
Pebalap veteran asal Swiss ini cukup sulit mengejar rival-rivalnya di depan. Rapatnya barisan di depan membuatnya kesulitan untuk menembus sepuluh besar.
Saat ini, kedua pebalap Pertamina Mandalika SAG Team sudah berhasil mendapat 7 poin untuk Mas Bo dan Luthi berhasil mendapat 1 poin. Lalu, untuk hasil tim, Pertamina Mandalika SAG Team, sudah mengoleksi 8 poin.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/29/084200615/finis-10-besar-gp-qatar-jadi-media-pembelajaran-untuk-mas-bo