JAKARTA, KOMPAS.com – Ketika sudah memiliki mobil, tentu saja salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mengisi bahan bakarnya. Jika memakai bensin, ketika sampai di SPBU Pertamina, tersedia pilihan Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo.
Beberapa orang yang masih awam soal bahan bakar, biasanya memilih Pertalite karena harganya yang lebih murah, Rp 7.650 per liter.
Selain itu, Pertalite juga menjadi BBM bensin paling murah setelah Premium mulai dikurangi jumlahnya.
Sedangkan Pertamax dijual di Jakarta dan sekitarnya dengan harga Rp 9.000 per liter. Pertamax sendiri memiliki nilai oktan yang lebih tinggi daripada Pertalite yakni 92, sedangkan Pertalite 90.
Lalu di balik harga per liternya yang lebih murah, bagaimana jika mobil diisi dengan Pertalite?
Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna mengatakan, menggunakan bahan bakar harus disesuaikan dengan spesifikasi mesinnya.
Pabrikan sebenarnya sudah merekomendasikan minimal oktan bahan bakar yang bisa digunakan.
“Misalnya direkomendasikan oleh pabrik untuk memakai oktan 92, tapi malah diisi oktan 90. Nantinya akan menimbulkan beberapa efek pada mesin,” ucap Suparna kepada Kompas.com, Selasa (23/3/2021).
Sebelum mengetahui efeknya, rekomendasi pabrikan untuk memakai BBM dengan kadar oktan tertentu menyesuaikan dengan tekanan kompresi di mesin.
Begitu juga dengan suhu di ruang mesin karena kompresi berbanding lurus dengan suhu.
“Kalau suhu sudah naik dan oktan bahan bakar terlalu rendah, maka yang terjadi adalah detonasi atau pembakaran lebih awal. Hal ini dikarenakan oktan yang rendah lebih mudah terbakar di suhu yang lebih rendah,” kata Suparna.
Saat terjadi pembakaran lebih awal, piston belum sampai di titik mati atas (TMA) sudah terdorong oleh ledakan. Sehingga yang terjadi, piston memukul dinding silinder atau biasa dikenal dengan ngelitik.
“Kedua, mesin zaman sekarang sudah dilengkapi dengan sensor knocking. Agar tidak knocking, ketika mesin diisi BBM dengan oktan lebih rendah, maka sensor akan memundurkan waktu pengapian,” ucapnya.
Ketika pengapian dimundurkan, efeknya pembakaran mesin jadi tidak sempurna, tarikan mobil jadi berat, BBM boros dan akan terjadi tumpukan kerak karbon. Ketiga, jika dibiarkan mengelitik, maka akan merusak komponen mesin lebih cepat.
“Misalnya kompresi mesin lebih bagus saat dipakai sampai 100.000 km. Namun jika memakai BBM oktan lebih rendah, belum sampai 100.000 km sudah ngempos kompresinya karena ada goresan di dinding silinder akibat sering ngelitik tadi,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/03/23/180100315/pengaruh-mesin-mobil-bila-diisi-pertalite-bukan-pertamax