JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Esemka Bima 1.3 kembali naik daun belakangan ini. Mobil pikap besutan PT Solo Manufaktur Kreasi itu kembali diperbincangkan usai dipilih jadi kendaraan operasional Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Boyolali, Jawa Tengah.
Bahkan, di tengah euforia elektrifikasi yang sedang ramai saat ini, Esemka juga tak luput dikait-kaitkan dengan isu keikutsertaan meramaikan kendaraan listrik di Indonesia.
Nah, buat yang penasaran dengan Esemka Bima 1.3, Kompas.com beberapa waktu lalu sudah mendapat kesempatan eksklusif merasakan sensasi berkendara pikap fenomenal tersebut langsung di markas besar Solo Manufaktur Kreasi.
Biar tak baper, redaksi akan kembali mengulik sedikit soal impresinya, mulai dari eksterior, interior, sampai urusan mesin dan performa.
Eksterior
Dari segi tongkrongan, Bima 1.3 memang miliki perawakan yang lebih besar dari saudaranya, Bima 1.2. Panjangnya mencapai 4.930 mm, lebar 1.720 mm, dan tinggi 1.955 mm.
Kemasan eksterior juga tidak ada ubahannya dengan kendaraan niaga ringan lain yang rata-rata mengusung tema "hidung pendek".
Namum demikian, sampai saat ini tak sedikit yang masih menilai bila mobil ini merupakan rebadge dari Star Trcuk yang diproduksi Cahgan Automobile.
Padahal, bila diperhatikan secara detail, banyak juga perbedaannya. Mulai dari bagian gril yang justru lebih dibuat elegan dengan gaya BMW, sampai bagian lampu utama yang jelas berbeda dengan Star Truck.
Sebagai kendaraan niaga ringan, Esemka Bima juga memiliki ruang kargo yang mempuni, bahkan tak kalah besar dengan kompetitor sekelasnya, yakni dengan panjang 2.970 mm, lebar 1.740 mm, dan tinggi 470 mm.
Interior
Masuk ke dalam kabin, jangan terlalu berharap lebih, apalagi mengingat status Bima sendiri yang merupakan kendaran komersial. Material yang dihadirkan bisa dibilang standar, namun dikemas seergonomis mungkin agar memudahkan pengendara.
Penting diketahui, semua material pada interior juga dipasok langsung oleh beberapa perusahaan dalam negeri. Dengan kata lain, Bima memang sarat dengan kandungan lokal.
Dari sisi kelapangan, Bima 1.3 memang lebih besar dibandingkan versi 1.2. Kondisi ini membuat posisi berkendara menjadi lebih nyaman dengan ruang kaki yang memadai untuk penumpang dewasa.
Menariknya lagi, sudah ada fitur reclinig pada jok yang bisa dimanfaatkan untuk mengatur posisi duduk senyaman mungkin.
Meski sudah dilengkapi dengan head unit sederhana dan air conditioner (AC), tapi untuk membuka dan menutup kaca samping, tetap harus dilakukan secara manual, jangan berharap sudah ada power window.
Performa
Bima 1.3 mengusung mesin DOHC 16V dengan kubikasi murni 1.298 cc. Berdasarkan data, mesin tersebut mampu mengolah tenaga hingga 85 PS atau 83 tk dengan torsi sebesar 105 Nm, yang ditransfer ke sistem pengerak via transmisi manual.
Untuk urusan olahan tenaga, Bima Esemka 1.3 memang lebih kecil dari para rivalnya yang rata-rata sudah menggunakan mesin 1.500 cc, tapi selama pengujian, redaksi tak menemui adanya kendalan.
Sekadar informasi, Esemka Bima belum menggunakan fitur power steering. Dengan demikian, saat pengendara ingin berbelok dalam kecepatan rendah atau posisi berhenti, harus sedikit mengeluarkan tenaga ekstra.
Ketika menjajal performa di putaran bawah, dengan torsi yang lumayan, Esemka Bima 1.3 masih tergolong responsif. Bahkan perpindahan tiap giginya pun normal-normal saja.
Tapi perlu dicatat bila pengujian kami lakukan dalam kondisi kosong, alias tanpa beban di kargo, jadi ada kemungkinan akan berbeda saat melakukan tes dengan membawa barang bawaan.
Sayangnya, pengujian yang terbatas membuat redaksi tak bisa banyak mengeksplorasi, termasuk urusan putaran atas dan konsumsi BBM-nya. Namun hal ini akan kami jadikan sebuah pekerjaan rumah untuk ke depannya melakukan pengujian secara lengkap.
Kesimpulan
Walau masih ada sedikit kekurangan, layaknya detail pada eksterior dan interior, tapi yang perlu diingat mobil ini merupakan kendaraan niaga yang bisa dibilang tak mementingkan banyak fitur mewah serta kenyamanan sempurna seperti mobil penumpang.
Bagi sebuah mobil rakitan dalam negeri yang menggunakan banyak komponen lokal, Esemka Bima rasanya tidak kalah saing dengan merek-merek lain yang sudah ada, baik dari segi tenaga dan fungsi.
Apalagi dengan banderolnya yang terbilang bersahabat, yakni Rp 101 juta dalam kondisi off the road, dan Rp 125 juta untuk on the road-nya. Harga tersebut berlaku bagi Esemka Bima 1.3 dan 1.2.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/02/05/131100415/test-drive-singkat-esemka-bima-13