JAKARTA, KOMPAS.com – Kecelakaan yang melibatkan kendaraan angkutan barang atau truk masih sering ditemui di Indonesia.
Kasus seperti rem blong masih sering terjadi, misalnya seperti truk pembawa minuman isotonik yang terguling belum lama ini di Tawangmangu.
Kejadian tersebut terjadi di jalan tembus Tawangmangu-Magetan, truk alami rem blong dan kehilangan kendali, sehingga terguling. Melihat dari kejadian tersebut, sebenarnya ada kebiasaan pengemudi truk yang membahayakan.
Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, ada satu kebiasaan fatal yang dilakukan pengemudi dan bisa menyebabkan kemampuan rem truk menurun, yaitu free wheel saat jalan menurun.
“Pada saat jalan menurun, pengemudi mentralkan gigi perseneling sehingga free wheel, roda bebas. Jika begitu, yang terjadi adalah tidak ada perlambatan dari mesin atau engine brake maupun exhaust brake,” ucap Jusri kepada Kompas.com, Senin (25/1/2021).
Jadi pengemudi hanya mengandalkan rem kaki. Dengan begitu, kebiasaan ini membuat rem panas baik tromol maupun kampasnya. Begitu melakukan pengereman, komponen rem akan tidak tahan.
“Kampas rem tadi akan licin karena terkena temperatur yang tinggi, akhirnya truk tidak terkendali. Perilaku ini sangat sering sekali terjadi, dari 10 sopir truk, mungkin ada 8 yang melakukan free wheel di jalan menurun,” kata Jusri.
Mereka berpikir, kalau melakukan perlambatan dengan engine brake, kecepatan truk akan pelan dan tertahan. Kedua, konsumsi bahan bakar juga diperkirakan jadi lebih boros jika mengandalkan engine brake di jalan menurun.
Padahal ada bahaya tersendiri jika mengerem hanya mengandalkan rem kaki. Cara yang benar dalam mengurangi kecepatan truk adalah mengandalkan exhaust brake dan engine brake, sehingga tugas rem tidak terlalu berat dan mengalami overheat.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/01/25/184100715/kebiasaan-buruk-pengemudi-truk-yang-berbahaya-gigi-netral-di-turunan