JAKARTA, KOMPAS.com – Mengemudi di perkotaan akan sering menemui berbagai tipe pengguna jalan. Salah satunya harus menghadapi pengemudi angkutan perkotaan (angkot). Sering kali angkot melakukan manuver tiba-tiba dan membuat jalanan macet.
Bagi pengemudi mobil, berada dekat angkot bisa menjadi hal yang menjengkelkan. Jika kita tidak waspada, bisa saja menabrak mereka atau tiba-tiba mereka masuk ke lajur kita.
Lalu bagaimana cara aman agar terhindar konflik dengan pengemudi angkot?
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana mengatakan, penyakit dari angkot adalah berhenti mendadak tidak pada tempatnya dan manuver seenaknya. Mereka tetap mengecek spion, namun hanya untuk melihat calon penumpang.
“Jangan salah, mereka tetap cek spion, namun tidak punya etika bermanuver. Mereka selalu cek spion untuk mencari penumpang, hanya saja ketika manuver, jarang menyalakan lampu sein,” ucap Sony kepada Kompas.com, Selasa (1/12/2020).
Mereka tidak paham kalau mau mengambil lajur orang harus kasih lampu sein untuk meminta izin dan bermanuver saat sudah aman. Pengemudi angkot mengabaikan lajur yang ada di jalan, yang penting mereka mendapatkan penumpang sebanyak-banyaknya.
“Kalau diklakson atau dimarahi juga percuma, dia akan fokus ke penumpang, bahkan pura-pura tidak tahu,” kata Sony.
Selain itu, pengemudi angkot juga sering melakukan manuver yang ekstrem. Jika tidak, Sony mengatakan, dia takut penumpang tersebut diambil oleh angkot lainnya.
“Jangan pernah dekat-dekat dengan angkot. Mereka sering agresif dalam berkendara saat menjemput atau menurunkan penumpang,” kata dia.
Sony menyarankan, bagi pengemudi yang dekat angkot, siap-siap mengerem. Selain itu beri jarak aman jika tidak mau kecelakaan. Perlu diingat, kemampuan mereka dalam memberi ganti rugi tidak banyak, alias ala kadarnya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/01/194500815/penyakit-kronis-angkot-berhenti-dan-belok-semaunya