JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak penundaan pembelian mobil akibat relaksasi pajak mobil baru, ternyata ikut berimpas pada bisnis mobil bekas. Walau sampai saat ini masih menjadi wacana, namun banyak konsumen mobil seken yang juga menunda pembelian guna menanti realisasinya.
Herjanto Kosasih, Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, mengatakan penundaan konsumen sudah mulai terasa sejak awal Oktober. Hingga saat ini pun pergerakan bisni mobil bekas mulai melambat.
"Belum putus (kepastian) saja sudah begini, banyak yang tunda ambil ancang-ancang beralih ke mobil baru dengan harga murah. Secara keseluruhan memang masih bergerak, tapi sangat lambat sekali dibanding sebelum ada isu relaksasi," kata Herjanto kepada Kompas.com, Jumat (16/10/2020).
Lebih lanjut Herjanto menjelaskan, dengan kondisi adanya perlambatan akibat konsumen yang ikut-ikut menunda beli mobil bekas, bisa dipastikan bila penjualan mobil seken bakal makin menurun sampai akhir tahun.
Padahal bila dihitung secara efektif, sisa waktu di 2020 hanya kurang dari dua bulan lantaran pada Desember pertengahan sudah ada libur panjang jelang natal dan tahun baru.
"Kalau sekarang ini kondisinya abu-abu, sama seperti saat awal pandemi itu masuk dan semua ditutup. Kita tidak bisa prediksinya ya akhir bulan nanti kaya apa pasarnya, apalagi nanti sampai akhir tahun," ujar Herjanto.
"Kalau relaksasi jadi, otomatis semua bergerak ke mobil baru, bayangkan saja kalau seperti Calya atau Sigra itu barunya bisa Rp 90 jutaan sampai Rp 100 juta, apa tidak geser, belum lagi Avanza kalau sampai Rp 150 juta kan," kata dia.
Menurut Herjanto, sampai saat ini memang pergerakan mobil bekas mulai melambat. Dari segi penujualan, trennya masih ke mobil dengan harga rata-rata di bawah Rp 150 jutaan.
Sementara dari segi jenis, karena tren tersebut otomatis unitnya merujuk pada kategori LCGC bekas dan MPV lawas yang pemakaiannya sudah di atas 7 sampai 8 tahun.
Hal senada juga diutarakan Ridwan, pemilik showroom mobil bekas di kawasan Klender, Jakarta Timur. Saat dihubungi Kompas.com, Ridwan menjelaskan memang bisnis penjualannya belum mengalami peningkatan signifikan.
Faktornya tak hanya karena ada isu relaksasi pajak saja, namun juga karena adanya penerapan PSBB ketat di Jakarta beberapa waktu lalu yang sempat menghambat.
"Isu relaksasi juga pengaruh, tapi memang balik lagi ke konsumen seperti apa, tergantung kebutuhan dan dananya. Untuk satu bulan ini lebih lambat karena PSBB, banyak konsumen yang tidak jadi beli, terutama konsumen di luar Jakarta akibat khawatir dengan kondisi Covid ya," ucap Ridwan.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/18/142100515/pasar-mobil-bekas-mulai-melambat-imbas-wacana-pajak-nol-persen