JAKARTA, KOMPAS.com – Kejadian pelemparan batu ke bus yang melintas memang sering terjadi di Indonesia.
Pelemparan batu ini menyebabkan kerugian seperti kaca pengemudi retak atau kaca bagian samping yang pecah.
Pelemparan batu ini biasanya terjadi di daerah lintas Sumatera, bahkan belum lama ini juga kejadian di Jawa Tengah.
Perilaku seperti ini sangat berbahaya karena bisa melukai orang yang berada di dalam bus.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) dan Pemilik PO SAN, Kurnia Lesani Adnan mengatakan, pelemparan batu ke bus ini memang sudah terjadi sejak dahulu, namun tujuannya berganti seiring waktu.
Modus
“Yang saya tahu, dulu melempar batu ke bus itu tujuannya agar bus berhenti lantas dirampok. Berjalannya waktu, melempar batu ini menjadi cara masyarakat protes,” ucap pria yang akrab disapa Sani kepada Kompas.com, Sabtu (17/10/2020).
Masyarakat yang kurang menyukai bus tersebut karena dianggap ugal-ugalan ketika melewati daerahnya, maka dilempari dengan batu.
Namun mirisnya, melempar batu ke bus saat ini sudah menjadi kegiatan iseng semata.
“Saat ini menurut saya, melempar batu ke bus sudah menjadi penyakit masyarakat. Hal ini menjadi kegiatan iseng yang dilakukan anak-anak kecil di daerah yang dilalui bus,” kata Sani.
Jika batu mengenai kaca depan bus, bisa menyebabkan kaca retak, sehingga pandangan pengemudi terhalang.
Sedangkan kalau mengenai kaca samping, bisa langsung pecah dan berpotensi melukai penumpang bus.
“Pelempar batu ini bisa dikatakan enggak punya otak, karena kegiatannya bisa melukai penumpang bus,” kata dia.
Upaya untuk mengurangi efek dari lemparan batu ini yaitu dengan memasang tameng besi di bagian kaca depan, namun hal ini hanya dilakukan oleh beberapa PO bus saja.
Untuk kaca samping, tidak bisa dipasang aksesoris yang serupa, karena berfungsi sebagai jalur darurat saat bus mengalami kecelakaan atau terguling.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/18/100100715/ini-alasan-aksi-lempar-batu-ke-bus-yang-kerap-terjadi-di-lintas-sumatera