JAKARTA, KOMPAS.com – Sama seperti kendaraan kecil, kursi yang ada di kabin bus menggunakan pelapis agar terlihat bagus. Bahan pelapisnya pun beragam, awalnya dari bahan fabric, hingga sekarang memakai kulit sintetis.
Export Manager karoseri Laksana, Werry Yulianto mengatakan, tren pelapis kursi bus ini dimulai sejak tahun 1990an, terutama untuk bahan fabric.
“Tahun 90an, banyak pelapis jok yang memakai fabric, ada juga yang sudah kulit, namun kualitasnya masih belum sebaik saat ini,” ucap Werry kepada Kompas.com, Rabu (7/10/2020).
Kemudian untuk tren kulit sintetis sendiri, baru muncul pada tahun 2010an. Kekurangan dari kursi dengan bahan fabric yaitu cenderung gampang kotor dan bau, apalagi untuk bus non AC.
“Bahan fabric juga gampang menyerap, kalau dilapis plastik, jadi enggak nyaman. Kalau kulit sintetis kan lebih mudah perawatannya dan tidak gampang bau,” kata Werry.
Begitu juga yang dikatakan oleh Anggota Forum Bismania Indonesia, Dimas Raditya. Dimas mengatakan, pergeseran tren dari kursi berbahan fabric ke kulit sintetis dikarenakan kebersihan dan kemudahan merawatnya.
“Pelapis fabric bisa jadi sarang kutu, selain itu kalau ganti kulit sintetis jadi lebih gampang dibersihkan,” kata Dimas kepada Kompas.com.
Walaupun memiliki harga yang lebih mahal, perusahaan otobus (PO) saat ini lebih memilih memakai pelapis kulit sintetis. Pelapis kursi berbahan kulit sintetis unu juga sudah banyak ditemui di kelas pelayanan ekonomi AC.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/10/08/102200515/tren-pelapis-kursi-bus-mulai-dari-fabric-sampai-kulit-sintetis