JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap pabrikan kendaraan, baik roda dua maupun roda empat sudah merekomendasikan jenis bahan bakar yang cocok untuk kendaraan.
Pemilihan jenis bensin ini bukan hanya asal pilih saja atau yang memiliki oktan tinggi, tetapi menyesuaikan dengan kompresi kendaraan.
Dalam perkembangannya, setiap pabrikan menghadirkan kendaraan yang lebih modern dengan teknologi kekinian, termasuk juga meningkatkan kompresi kendaraan.
Semakin tinggi kompresi tentunya bahan bakar yang cocok juga memiliki nilai oktan yang lebih bagus pula, begitu pula sebaliknya.
Lalu bagaimana jika kendaraan lawas menggunakan bensin dengan oktan tinggi?
Bambang Supriyadi, Executive Coordinator Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM), mengatakan, ada efek buruk yang akan terjadi jika kendaraan lawas menggunakan bensin oktan tinggi.
“Efeknya akan ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar kemudian mengendap dan jadi kerak karbon di ruang bakar,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (2/9/2020).
Hal ini disebabkan karena bahan bakar tersebut tidak terbakar secara sempurna saat di dalam ruang mesin.
Jika kondisi ini terus berlangsung dalam waktu lama akan menimbulkan efek yang lebih buruk lagi yakni terjadinya knocking pada mesin.
“Mengganti bensin dengan oktan lebih tinggi bukan berarti bisa meningkatkan performa mesin, tetapi harus melakukan penyesuaian. Kalau tidak bisa menyebabkan timbulnya kerak pada mesin,” katanya.
Senada dengan Bambang, Technical Service Division PT Astra Honda Motor (AHM) Endro Sutarno mengatakan, menggunakan bahan bakar yang tidak sesuai dengan kompresi bisa membuat performa mesin berkurang.
“Performa mesin akan berkurang, yang jelas bisa menyebabkan emisi tidak sesuai yang diharapkan,” katanya.
Endro juga mengatakan, bahan bakar yang nilai oktan terlalu tinggi justru membuatnya tidak akan terbakar dengan sempurna.
National Technical Leader PT Toyota Astra Motor (TAM) Nurkholis mengatakan, pabrikan sudah memberikan rekomendasi bahan bakar yang nilai oktannya sesuai.
Tujuannya agar pembakaran bensin bisa dikontrol. Indikator pembakaran yang bisa dikontrol adalah saat bahan bakar terbakar habis waktu proses pengapian.
“Kalau tidak terbakar secara sempurna, maka akan ada sisa-sisa partikel yang tidak habis terbakar. Sisa pembakaran itu akan berefek pada emisinya, sensornya tertutup kerak dan lain sebagainya,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/09/03/121100515/ini-efek-jika-kendaraan-lawas-minum-bbm-oktan-tinggi