JAKARTA, KOMPAS.com - Melakukan penggantian oli mesin pada kendaraan menjadi rutinitas wajib, untuk menjaga agar komponen mesin tetap terjaga.
Tetapi, tidak jarang para pemilik kendaraan masih tidak bisa setia dengan satu jenis merek oli sehingga sering bergonta ganti merek pelumas mesin.
Salah satu alasannya adalah tergiur dengan spesifikasi oli maupun keunggulan yang ditawarkan dari setiap produk pelumas tersebut.
Alasan lainnya adalah untuk mencari spesifikasi oli yang sesuai untuk jantung pacu selain pelumas yang direkomendasikan oleh pabrikan.
Padahal, sering ganti-ganti merek oli juga bisa berdampak buruk pada kendaraan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Executive Coordinator Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriyadi.
Bambang menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah karena setiap merek pelumas mempunyai zat aditif yang tidak sama.
“Masing masing merek punya punya zat aditif yang berbeda beda, bisa membuat sludge (lumpur) kalau dicampur campur,” katanya kepada Kompas.com, Sabtu (6/6/2020).
Lumpur tersebut, kata Bambang, disebabkan karena saat penggantian pelumas pastinya di dalam ruang mesin akan terdapat sisa pelumas lama yang tidak bisa keluar.
Kemudian, saat jantung pacu diisi dengan jenis pelumas dengan merek berbeda maka hal ini akan menyebabkan terjadinya lumpur atau sludge pada mesin.
“Saat penggantian masih ada sisa oli, itu yang menjadikan munculnya sludge,” ujarnya.
Maka dari itu, Bambang pun merekomendasikan kepada para pemilik kendaraan agar saat melakukan penggantian oli mesin tetap menggunakan satu jenis yang sama. Dengan begitu, kondisi mesin akan lebih tetap terjaga.
Training and Technical Engineer Motul Indonesia Rialdy Fasha juga mengatakan seperti itu.
Rialdy mengatakan, bahwa oli mesin tiap merek memiliki grade kualitas yang berbeda-beda dari mineral, yakni semi dan full sintetik. Sehingga, sering gonta-ganti merek oli dapat berdampak buruk bagi kendaraan.
"Salah satunya dapat mempengaruhi performa dan proteksi pada mesin, antara lain bisa kerusakan pada seal, umur mesin yang lebih singkat, dan lainnya," ujar Rialdy.
Di samping itu, Rialdy menambahkan, setiap oli memiliki zat aditif yang berbeda-beda, jika terlalu sering diganti, maka akan ada sisa pelumas sebelumnya yang sedikit banyak bercampur oli baru.
"Jika terus dilakukan seperti itu, maka aditif oli yang terdapat pada mesin bisa terjadi perbedaan unsur senyawa yang mengakibatkan reaksi kimia pada mesin," katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/06/07/112200315/mitos-atau-fakta-sering-ganti-merek-oli-bisa-merusak-mesin-