JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar mobil bekas pada April ini tengah mengalami penurunan yang signifikan dibanding bulan lalu. Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menutup sejumlah sentra penjualan dan membuatnya sepi pengunjung.
Kondisi ini secara langsung membuat stok mobil di pasar melimpah, oleh sebab itu pedagang harus memasang harga yang menarik agar menarik konsumen.
Menurunnya harga sedikit banyak memancing orang untuk membeli, dan kalau beruntung dijual kembali saat kondisi pasar mulai normal.
Budi Rahardjo, Perencana Keuangan dari OneShildt Financial Planning, mengatakan, investasi mobil bekas untuk jangka pendek butuh perencanaan khusus.
“Jangan sampai saat kita membeli mobil bekas, malah menambah pos pengeluaran kita ke depannya,” ujar Budi, kepada Kompas.com (15/4/2020).
Menurutnya, jika memilih investasi jangka pendek dengan mobil bekas, pilihlah mobil yang punya potensi profit.
Terutama yang jika dijual usai pandemi corona akan cepat laku, misal kendaraan yang bisa dipakai untuk taksi online atau keperluan bisnis.
“Sementara jika dipakai investasi jangka panjang sebetulnya harus dipikirkan ulang. Kalau pedagang mobil bekas, dia harus pikirkan buat servis, dan sebagainya. Kecuali mobil langka yang memang banyak dicari,” kata Budi.
Sementara itu, Senior Manager Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih, mengatakan, mobil seken kurang tepat jika dipakai buat investasi jangka pendek.
Menurutnya, orang-orang berduit punya pilihan lebih menguntungkan ketimbang mobil bekas, seperti misalnya saham, emas, dan dolar.
“Kecuali memang pedagang mobil. Karena pelihara mobil banyak biaya pengeluarannya, untuk perawatan, pajak, sewa tempat, itu bisa ambil sekitar 5 persen dari harga mobil,” ucap Herjanto, kepada Kompas.com (16/4/2020).
“Saat ini paling benar pegang cash lah, kecuali memang dapat murah sekali, atau sekalian mobil klasik yang langka buat investasi jangka panjang,” katanya.
https://otomotif.kompas.com/read/2020/04/16/154100615/bisakah-beli-mobil-bekas-buat-investasi-jangka-pendek-