JAKARTA, KOMPAS.com – Power steering sudah menjadi fitur wajib pada mobil-mobil keluaran terbaru.
Fitur ini meringankan kerja pengemudi saat memutar setir, terutama saat dalam keadaan statis atau saat hendak parkir.
Secara umum power steering terdiri dari dua jenis, tipe hidraulis dan elektrikal. Power steering elektrik memiliki batas usia pakai, terutama seiring dengan waktu pemakaiannya.
Menurut Rudi Ganefia, Service Head Auto2000 Krida Jakarta Selatan, gejala power steering elektrik yang mulai rusak paling mudah bisa dideteksi dengan memutar-mutar setir.
“Ketika mobil sudah distarter, coba putar setir ke kiri dan kanan dalam posisi diam. Kalau putaran terasa berat, bisa jadi motor power steering sudah lemah meski masih bisa bekerja,” ujarnya saat ditanya Kompas.com belum lama ini.
Saat kondisinya makin parah, Rudi mengatakan bukan tak mungkin power steering bisa sampai tidak bekerja sepenuhnya.
Salah satu hal yang jadi penyebab rusaknya power steering elektrik adalah perilaku pengemudi, yang sering kali menerobos genangan air atau banjir.
Perlu diketahui, komponen EPS (electronic power steering) yang dialiri listrik biasanya disematkan di area kemudi dan kaki-kaki.
Jika genangan air mencapai komponen tersebut, bukan tak mungkin gejala konslet atau bermasalah bisa terjadi.
“Motor elektrik tidak dapat menerima tenaga listrik dari putaran mesin mobil melalui ECU. Meskipun motor elektrik tertutup rapat, kalau terendam bisa saja air masuk,” ucap Rudi.
Apalagi air adalah musuh utama komponen elektrikal, kalau sampai motor elektrik rusak harus diganti seluruhnya. Sebab kata Rudi hal tersebut merupakan satu kesatuan, tidak bisa dibongkar.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/11/17/123100215/begini-cara-deteksi-kerusakan-power-steering-elektrik