JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan Vietnam mengenai pajak konsumsi spesial (special consumption tax/SCT) bagi barang impor seperti produk otomotif, akan berdampak pada performa ekspor Indonesia. Apalagi Vietnam jadi salah satu pasar terbesar, khususnya di Asia Tenggara.
Raden Pardede, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik, mengatakan, jika sektor energi, batu bara, dan bahan baku masih menjadi ekspor terbesar dari Indonesia ke Vietnam.
Sementara itu sektor otomotif jadi salah satu yang paling berpotensi, mengingat permintaan di Vietnam cukup signifikan dan masih sedikit produsen yang memiliki fasilitas perakitan di sana.
Akan tetapi, karena Vietnam tengah gencar membangun proyek mobil nasionalnya, ditambah kebijakan pajak konsumsi bagi barang impor. Menurut Raden, dapat memancing beberapa produsen untuk memproduksi langsung di Vietnam.
Indonesia yang merupakan basis produksi beberapa merek otomotif untuk wilayan ASEAN dan beberapa negara di dunia, disebut akan terkena dampak.
“Oleh itu kita harus cepat melakukan analisa dan cepat membuat aksi strategis untuk memanfaatkan situasi ini,” katanya kepada Kompas.com (4/10/2019).
Raden juga mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi Vietnam (di atas 7 persen) dalam 10 tahun terakhir, merupakan modal bagi Indonesia untuk tetap bisa mengekspor kendaraan ke sana.
“Ini adalah kesempatan buat kita, menurut saya kita harus buat aturan juga agar Indonesia tetap menarik secara keseluruhan,” ujarnya.
Salah satu cara yang membuat Indonesia tetap menarik bagi produsen otomotif menurutnya yaitu kebijakan dan lingkungan investasi yang mendukung.
Dengan begitu, produsen akan bertahan dan Indonesia tetap menjadi basis ekspor otomotif untuk Asia Tenggara.
“Kita sudah kehilangan kesempatan pada saat Samsung memilih Vietnam. Jangan sampai otomotif juga pindah ke sana,” ucap Raden.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/10/07/081200015/dampak-kebijakan-vietnam-produsen-mobil-pindahkan-basis-produksi-