JAKARTA, KOMPAS.com - Pada keadaan tertentu, ban kendaraan dapat berubah bentuk menjadi lebih lonjong atau permukaannya datar. Jika sudah seperti ini kendaraan akan menjadi lebih sulit dikendalikan.
Perubahan bentuk pada ban disebabkan beragam faktor. Tapi pada dasarnya adalah karena ada kelalaian dari pemilik kendaraan dalam mengontrol tekanan angin di dalam ban.
"Kalau dalam waktu yang lama ban terpasang di mobil dalam keadaan kurang angin, akhirnya steel belt dari bahan ban tertekuk dan membuat permukaannya datar. Ini biasanya disebut flat spot," ujar Zulpata Zainal, PG-On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggal Tbk saat dihubungi Kompas.com, Jakarta, Minggu (22/9/2019).
Lalu, ketika mobil dilakukan pengereman mendadak pada kecepatan tinggi, atau hard braking, dengan kendaraan tanpa dilengkapi ABS, maka akan terjadi keausan pada roda depan. Hal ini disebut spot wear.
"Jika tekanan angin pada ban kurang dan dipakai terus-menerus, akan ada perubahan bentuk lain pada bagian samping sisi dalam dan luar karena terjadi keausan," ujar Zulpata.
Sedangkan ketika tekanan angin terlalu tinggi, lanjutnya, keausan bakal terjadi di tengah ban.
Untuk mengembalikan ban menjadi bulat kembali, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Pertama ialah mengisi tekanan angin ban sekitar 44 psi dan dijalankan beberapa kilometer. Kalau dirasa bentuk ban telah kembali normal, sesuaikan tekanan anginnya kembali.
"Hal lainnya, lakukan spooring dan balancing guna memeriksa dan membenarkan telapak ban," ujarnya.
Apabila perubahan pada ban tidak segera diperbaiki, maka perubahan tersebut bakal terjadi permanen. Sehingga satu-satunya solusi adalah mengganti ban dengan yang baru.
"Dampak dari perubahan bentuk pada ban ialah, pengendalian kendaraan akan menjadi sulit khususnya saat bermanuver. Daya pengereman juga akan berkurang, sehingga berpotensi untuk mengakibatkan kecelakaan," kata Zulpata.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/09/22/134500715/wapada-perubahan-bentuk-ban-dan-risikonya