Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Toyota Kijang, Punya Peran Sebagai Penggerak Ekonomi Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut bahwa dari tahun 1970-an, Toyota Kijang sudah menemani masyarakat Indonesia dalam berkegiatan. Mobil jenis MPV itu terus berkembang seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Syekh Mohammed bilang (saat bertemu), Uni Emirat Arab pada tahun 1960 mereka dari Dubai ke Abu Dhabi naik unta. Lalu naik Holden dan Impala, tahun 1970 naik truk dan pick up. Kita (pada tahun yang sama) naik Kijang. Tapi 1980-1985 di sana loncat ke Mercedes-Benz dan BMW. Kita masih naik Kijang. Kuncinya adalah kecepatan," kata Jokowi dalam pembukaan Muktamar V PKB di International Convention Centre Westin Resort, Badung, Bali, Selasa (20/8/2019).

Bila melihat sejarahnya, memang Kijang (kepanjangan dari Kerjasama Indonesia-Jepang) adalah salah satu mobil yang bisa jadi saksi bisu perkembangan Indonesia. Semula yang hanya digunakan sebagai kendaraan alat angkut serbaguna, hingga menjadi mobil keluarga yang laris di Tanah Air dan luar negeri (ekspor).

Kijang terlahir atas respons dari Toyota menanggapi kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan industri nasional melalui pengembangan alat angkut serbaguna sekitar pertengahan tahun 1970. Kijang dibuat menyesuaikan karakter spesifik pasar serta geografis Indonesia.

Hingga pada akhirnya, Kijang hadir dalam konsep Basic Utility Vehicle (BUV) yang diluncurkan pada Juni 1977.

Seiring dengan kemajuan ekonomi dan kebutuhan masyarakat, rancang bangun Toyota Kijang terus dikembangkan sehingga mobil ini tidak lagi hanya sebagai BUV, tapi menjadi kendaraan serba guna. Hal ini ditandai dengan kehadiran Toyota Kijang Generasi ke-2 pada tahun 1981.

Sejak saat itu, Toyota Kijang tak lagi dikenal sebagai kendaraan angkutan barang, tapi juga sebagai kendaraan keluarga yang saat ini dikenal sebagai Multi Purpose Vehicle (MPV).

Seiring berjalannya waktu, Kijang terus berkontribusi terhadap Indonesia dengan meningkatkan kandungan dalam negeri (TKDN)-nya. Berawal di angka 19 persen pada Kijang generasi pertama, TKDN Kijang merangkak naik menjadi 30 persen pada generasi kedua.

Keseriusan untuk meningkatkan kandungan lokal terus ditunjukkan dengan penambahan rasio kandungan lokal Kijang menjadi 40 persen pada Kijang generasi ketiga yang diperkenalkan pada tahun 1986, Kijang Super.

Kijang generasi keempat atau Kijang Kapsul yang diperkenalkan ke publik tahun 1997 memiliki TKDN sebesar 53 persen. Sedangkan Kijang generasi kelima dan keenam, secara berturut-turut memiliki TKDN 75 persen dan 85 persen. Produknya, sebagaimana kita kenal saat ini, ialah Grand New Kijang Innova.

Peningkatan TKDN Kijang tidak terlepas dari dukungan pemasok lokal yang awalnya hanya berjumlah 8 perusahaan di tahun 1977, kini menjadi 139 perusahaan dan terus bertumbuh. Hal ini juga berdampak pada semakin besarnya substitusi impor serta penyerapan tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan produksi Kijang.

Tidak hanya itu, Kijang juga menjadi pintu Toyota Indonesia untuk melakukan ekspor kendaraan dalam bentuk utuh (completely built up/CBU). Saat ini, berdasarkan catatan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, tidak kurang dari 1 juta unit mobil Toyota rakitan Indonesia telah diekspor (1987-2018).

"Evolusi Kijang dari kendaraan komersial dengan teknologi yang sangat sederhana di era tahun 70-an hingga kini menjadi produk MPV global merupakan cerminan bahwa industri otomotif Indonesia tumbuh secara signifikan sehingga mampu menjadi basis produksi dan ekspor kendaraan di segmen medium berstandar internasional," kata Bob Azam, Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) beberapa waktu lalu.

"Kijang juga merupakan pembuka jalan bagi model-model Toyota lainnya untuk bisa diproduksi secara lokal" katanya lagi.

https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/21/120100815/toyota-kijang-punya-peran-sebagai-penggerak-ekonomi-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke