TANGERANG, KOMPAS.com - Dewasa ini, beberapa produsen otomotif di Indonesia nampak berlomba-lomba menghadirkan mobil berharga murah. Bukan mobil golongan Low Cost Green Car (LCGC), namun yang ditawarkan adalah mobil keluarga atau Low Multi Purpose Vehicle (LMPV).
Fenomena yang diprakarsai oleh produsen otomotif asal China, Wuling Motors ini tidak membutuhkan waktu lama untuk melihat hasilnya. Mobil murah langsung menjadi serbuan warga Indonesia.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (wholesales), tahun pertama Wuling Motors Indonesia (2017) berhasil mencatatkan penjualan sebanyak 5.050 unit. Setahun setelahnya, 2018, penjualan langsung meningkat lebih dari tiga kali lipat yakni 17.002 unit.
Pada tahun yang sama pula Wuling mencatatkan sebagai salah satu 10 merek terlaris di Indonesia, mengalahkan Nissan.
Tidak heran, langkah untuk memperkenalkan mobil murah ini diikuti beberapa produsen otomotif lain, khususnya para pemain baru seperti Renault. Merek asal Prancis itu dikabarkan bakal mengeluarkan mobil keluarga 7-penumpang yang harga jualnya tidak melebihi Rp 180 juta, Renault Triber.
Menanggapi hal ini, Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soerjopranoto menyatakan bahwa fenomena mobil murah ini cukup menarik. Sebab, yang disasar oleh produsen tersebut bukanlah segmen LCGC melainkan LMPV.
"Segmen paling besar di Indonesia sampai saat ini masih Multi Purpose Vehicle (MPV) yakni 43 persen dari total kendaraan, setengahnya dikuasai oleh LMPV. Tentu, tepat rasanya bila masuk ke pasar gemuk tersebut. Tapi, produsen harus mencari celah agar bisa bertanding dengan kompetitor, karena sangat padat," kata Soerjo di GIIAS 2019, Tangerang, Sabtu (27/7/2019).
"Maka, harus ada gimmick menarik mulai dari harga yang murah, warranty yang panjang, ditambahkan teknologi sederhana namun fungsional, sah-sah saja. Tapi menariknya, mereka tidak masuk ke LCGC (pertarungan sesama mobil murah)," lanjutnya.
Tidak masuknya produsen tersebut ke segmen LCGC dan sedikit menyenggol pasar LMPV dinyatakan membuat golongan pasar baru di Indonesia. Yaitu, di antara LCGC dan LMPV yang sebagai patokannya menurut Soerjo adalah Toyota Avanza.
"Mereka (Wuling, Renault, dan lainnya) berhasil menemukan peluang di pasar baru. Jadi skemanya, orang yang baru berpindah dari motor ke mobil masuk ke LCGC, ketika ingin naik kelas, sebelum ke Avanza, masuk ke segmen mereka dahulu. Atau, bisa langsung naik ke Avanza dan sekelasnya (seperti Suzuki Ertiga, Daihatsu Xenia, sampai Honda Mobilio)," kata Soerjo.
Strategi Toyota
Tentu dengan fenomena ini, produsen otomotif seperti Toyota harus memutar strategi kembali. Seperti menyuguhkan sedikit perubahan pada model produk yang ditawarkannya atau biasa dikenal facelift.
"Bila berbicara Avanza, saat ini tekanannya ada dari bawah dan atas (LMPV seperti Xpander). Oleh sebab itu, dari Toyota sendiri pasti harus lakukan refreshment produk dan tentu harus berbeda dengan kompetitor," ucap Soerjo.
Lalu, meningkatkan layanan purna jual, menjaga harga jual kembali (resale value), dan sparepart juga penting. Tak lupa menjaga kedekatan konsumen kepada industri tersebut.
"Ketika konsumen sudah percaya, dia akan continue. Inilah hal yang harus dijaga. Layanan juga harus ditambah agar lebih dekat kepada mereka seperti menghadirkan THS (Toyota Home Service)," kata dia.
"Setiap tahun pasti ada tantangan, tidak masalah namanya pasar tapi karena Indonesia adalah negara yang sangat menarik bagi semua maker, jadi kita mengantisipasi pasti akan semakin banyak merek otomotif dan model yang masuk Indonesia. Tiap merk punya strategi masing-masing dan Toyota akan selalu berinovasi," tambah Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmi Suwandy dikesempatan berbeda.
Sebagai catatan, berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan mobil baru di tahun 2018 sebesar 1,1 juta. Angka tersebut tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya.
Sedangkan kontribusinya, masih diperkasai oleh LMPV. Mobil murah yang tergolong LCGC sendiri menunjukkan tren penurunan. Pada periode Januari-Mei 2019, LCGC terkoreksi sampai 14 persen (90.065 unit dari 105.009 unit di tahun lalu) dengan total penjualan mobil mencapai 422.038 unit.
https://otomotif.kompas.com/read/2019/07/29/080200515/jawaban-toyota-tentang-fenomena-mobil-murah