JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pemerintah menghentikan sementara impor mobil mewah dengan kapasitas mesin di atas 3.000 cc, ternyata tidak membuat BMW Group Indonesia merana. Efeknya diklaim tidak signinfikan, karena sudah banyak model yang dirakit lokal.
Pernyataan itu diungkapkan langsung oleh Jodie O’tania, Vice President of Corporate Communications, BMW Group Indonesia. Menurut Jodie, model yang punya mesin di atas 3.000 cc, secara pasar juga begitu kecil.
"Jadi efeknya tidak signifikan buat kami. Sama sekali kami tidak merasakan kesulitan soal kebijakan itu," ujar Jodie akhir pekan lalu usai peluncuran M2 Competition di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Menurut Jodie, dua model baru yang diluncurkan seperti X2 dan M2 Competition dihadirkan secara terbatas, bukan karena terkena efek pembatasan impor. Sebab, secara mesin maksimal hanya 3.000 cc, seperti M2 Competition.
"Jadi memang kedua model itu kita hadirkan secara terbatas saja, secara pasar juga tidak besar seperti model BMW yang lainnya," kata Jodie.
Jodie pernah mengatakan, bahwa salah satu model yang kena dampak itu, yakni M5. Sedan sport berperforma itu menggendong mesin 4.395 cc, dan dijual Rp 4,06 miliar.
"Model ini juga hanya dibeli berdasarkan permintaan saja (by request), penjualannya pun tidak sebanyak model BMW lainnya," ucap Jodie.
BMW sendiri sudah sejak 1976 melakukan perakitan di Indonesia. Bahkan pada 2011 kembali mengucurkan dana untuk investasi senilai Rp 100 miliar untuk pengembangan bisnis di Tanah Air.
Model yang sudah diproduksi lokal secara completely knock down ( CKD) di Indonesia sudah cukup banyak. Mulai Sedan Seri 3, Seri 5, Seri 7, hingga Sport Utility Vehicle (SUV) X1, X3, dan X5.
Selain model di atas, masih banyak juga yang statusnya impor utuh alias completely built up ( CBU) dari Jerman seperti Seri 1, Seri 2, Seri 4, Seri 6, X4, dan Seri performa M.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/11/26/082200515/pembatasan-impor-tak-membuat-bmw-indonesia-merana