JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian bersama dengan instansi terkait telah memberlakukan rekayasa lalu lintas "one way" pada arus mudik dan balik Lebaran 2018. Langkah tersebut dinilai cukup berhasil mengurai kemacetan di sejumlah titik.
Contoh, pada arus mudik dilakukan one way di gate Tol Palimanan dari arah Jakarta. Begitu juga pada musim balik Lebaran, yakni 18 dan 19 Juni 2018 kembali diberlakukan dari Tol Cikampek menuju arah Jakarta.
Langkah tersebut akan dilakukan apabila volume kendaraan sudah mulai padat, terutama akibat imbas antre mobil yang masuk ke rest area.
Kebijakan tersebut juga diakui berhasil oleh Kakorlantas Polri Irjen Pol Royke Lumowa. Sebab arus lalu lintas menjadi lancar, dan pemudik bisa cepat tiba di kampung halaman atau rumah masing-masing.
Akan tetapi, tetap ada pihak yang dirugikan terutama pengguna jalan arah sebaliknya. Harusnya bisa melewati jalur yang diinginkan, harus putar balik dan mencari jalan alternatif atau menunggu rekayasa lalu lintas itu selesai diberlakukan.
Salah satu pengguna jalan yang dirugikan, yakni Anes. Warga Bintaro itu terjebak di dalam Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR), karena mobil tidak bisa masuk ke Tol Cikampek.
"Saya terjebak macet itu kurang lebih sekitar pukul 23.15 dan baru terurai lagi pukul 05.50 WIB. Itu pun arah kekiri Cikunir-Cikampek masih ditutup, istri saya sampai sakit," ujar Anes kepada Kompas.com.
Anes juga mengeluhkan bahwa tidak ada penjelasan dari polisi berapa lama rekayasa lalu lintas one way diberlakukan. Padahal, pengguna jalan yang terjebak sangat membutuhkan informasi tersebut.
"Ketika bertanya kepada petugas, jawabannya juga hanya bilang tidak tahu, cari jalan alternatif saja," kata dia.
Bukan hanya Anes, salah satu redaksi Kompas.com juga mengalami hal serupa di hari yang sama. Ketika ingin masuk ke Tol Cikampek dari arah Cawang sudah ditutup, dan mencoba untuk mencari jalan lain, tetapi tidak berhasil karena sepanjang jalan arteri Kalimalang, Jakarta Timur sudah macet.
Beberapa petugas polisi yang berjaga di pintu Tol, seperti Pondok Gede, hingga Bekasi Barat juga tidak memberikan informasi yang layak buat pengguna mobil.
Ketika ditanya sampai jam berapa, jawabannya tidak tahu bahkan ada petugas yang berjaga di Gerbang Tol Bekasi Barat mengatakan tidak dibuka sampai Kamis 20 Juni 2018.
Sejumlah pengguna mobil yang ikut antre di GT Bekasi Barat pun panik. Alhasil memutuskan untuk mencari jalur alternatif, ada yang menyusuri jalur arteri Cikampek, hingga putar arah melewati jalur Puncak, Bogor Jawa Barat untuk menuju ke Bandung.
Ketika mencoba mencari informasi kepada polisi, jawabannya hanya permintaan maaf buat pengguna mobil lain yang ikut terkena dampak rekayasa lalu lintas one way.
Royke sebelumnya juga pernah mengatakan bahwa, hati-hati dalam menerapkan rekayasa lalu lintas itu, jangan sampai hanya memindahkan kemacetan, tetapi pikirkan juga dampak lainnya.
"Apalagi memberlakukan one way parsial, akan terjadi bottle neck di ujung jalan nantinya," kata Royke.
Permintaan Maaf
Menanggapi hal ini, Brigjen Pol Chryshnanda Dwilaksana, Dirkamsel Korlantas Polri mengatakan bahwa dalam menentukan kebiajakan ini tentu berdasarkan atas kesepakatan bersama anatara polisi dan sejumlah pihak terkait lain. Langkah ini juga diambil untuk menjadikan kondisi lalu lintas menjadi lancar buat para pemudik.
"Tentunya ada skala prioritas yang kami lakukan, yaitu untuk pemudik, jangan sampai kejadian seperti beberapa tahun lalu di Brexit terulang lagi. Sudah pasti ada kemacetan yang akan terjadi di arah sebaliknya, dan kami pun meminta maaf kepada masyarakat," ujar Chryshnanda saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/6/2018).
Korlantas Polri dan sejumlah pihak, lanjut Chryshnanda menginginkan masyarakat terutama yang mudik itu bisa pulang lagi ke rumah masing-masing dengan aman, nyaman dan tentunya selamat.
"Banyak pertimbangan sebelum kita memutuskan untuk mengambil langkah tersebut, tentunya kami ingin yang terbaik untuk masyarakat semuanya, maka kami bantu masyarakat itu," kata dia.
Selain itu, Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri, Kombes Benjamin juga mengatakan bahwa sudah pasti akan terjadi kemacetan di arah sebaliknya. Akan tetapi sudah banyak petugas di luar Tol yang berjaga dan siap melancarkan kondisi lalu lintas.
"Kepadatan sudah pasti terjadi, di luar Tol pun sudah ada yang mengatur lalu lintas," kata Benjamin.
Sebagai masukan, bisa saja rekayasa lalu lintas seperti itu ditentukan waktunya. Misal, satu hari dua kali atau ditentukan dari jam berapa sampai pukul berapa, agar pengguna jalan bisa mengantisipasi dan mencari jalur alternatif.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/06/20/105035015/dampak-negatif-rekayasa-lalu-lintas-satu-arah-saat-arus-balik