Jakarta, KOMPAS.com – Masa-masa kelam merek otomotif asal China di dalam negeri, coba dirapihkan oleh para pemain-pemain baru. Gelontorkan dana triliunan rupiah, jadi modal awal untuk mengembalikan citra negatif yang menempel di benak.
DFSK (Dongfeng Sokon) dan Sokon nama-nama lain setelah Wuling sebagai sang pembuka jalan, tak mau gegabah untuk sekedar menjual produknya. Mereka berpikir panjang dan coba yakinkan pasar lewat ketersediaan dealer, sebelum mencari konsumen.
Pasalnya, di dunia otomotif entah itu roda dua dan empat, bahkan komersial, jaminan layanan purna jual jadi salah satu parameter penting ketika orang akan membeli kendaraan. Tenang rasanya memang, tahu di mana kita harus servis berkala dan memperbaiki mobil ketika ada masalah.
“Meski sudah diperkenalkan sejak lama, banyak yang bilang kenapa tak kunjung dipasarkan (Glory 580). Kami belajar dari kendaraan China di masa lalu itu, di mana kita beli tapi tidak tahu perbaiki di mana,” kata Alexander Barus, CO-CEO of PT. Sokonindo Automobile, Kamis (19/4/2018).
“Jadi saya katakan, nanti orang ingin perbaiki tidak ada bengkel dan suku cadang, jadi jangan dahulu dijual. Karena itu, kami akhirnya persiapkan itu semua (dealer) baru kami jual,” kata Alexander.
Saat ini, total delaer yang dimiliki DFSK dan Sokon sudah mencapai 30 titik, di mana pada tiga bulan ke depannya sudah akan berdiri sampai 50 dealer. Kemudian, mereka juga masih berupaya untuk bisa memenuhi target ketersediaan di seluruh Indonesia sebanyak 80 jaringan sampai akhir 2018.
“Ini berbeda, di mana kami mengeluarkan investasi sekarang ini, sementara kalau dulu hanya impor motor dan jual saja. Kami tidak mau hit and run, dan harus siap semua,” kata Alexander.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/04/20/090200115/perbanyak-dealer-dfsk-belajar-masa-kelam-merek-china