Jakarta, KOMPAS.com - Modifikasi adalah salah satu cara agar sepeda motor yang dimiliki terlihat berbeda dari kendaraan pada umumnya. Selain itu, modifikasi juga bisa diartikan sebagai wadah menuangkan ide.
Menurut Anas Choirudin, pemilik bengkel modifikasi, Diens Bike, alasan itulah yang membuat sejumlah bikers berani melakukan ubahan pada tunggangannya, yakni dengan memotong bodi belakang dan mengubahnya menjadi lebih "nungging" menjadi sekitar 50 cm. Ditambah lagi sektor kaki-kaki yang besar.
Awalnya aliran ini kerap dianggap nyeleneh. Namun seiring berjalannya waktu, ciri khas modifikasi yang akrab disebut minor fighter ini menjadi aliran baru pada jenis naked bike dan sudah banyak dipakai banyak pemilik motor sport.
"Jadi minor fighter itu istilahnya kaum minoritas. Modifikasinya nyeleneh atau enggak umum," kata Anas saat ditemui di bengkel miliknya di Jalan Kolonel Sugiono, Nomor 24, Pondok Bambu, Jakarta Timur, Rabu (25/1/2018).
Spesialis di Naked Bike
Anas mengatakan, ketika pertama kali dirinya membuka bengkel, yakni sekitaran 2010 belum banyak rider yang ingin motornya diubah bergaya minor fighter. Namun kekinian, modifikasi minor fighter kian digemari.
Bahkan modifikasi tidak hanya terhadap motor-motor batangan yang dijual secara umum, tetapi sudah merambah ke jenis motor besar.
Anas mengaku, banyak pemilik kendaraan yang datang untuk dimodifikasi bergaya minor fighter. Namun karena keterbatasan jumlah pekerja dan proses modifikasi memakan waktu yang cukup lama, maka biasanya pelanggan diberikan opsi menunggu atau dirinya merekomendasikan ke bengkel lain yang juga dianggap bagus dalam melakukan modifikasi.
"Di sini untuk ubahan standar saja bisa satu bulan pengerjaannya. Dalam sebulan paling kami keluarkan (selesaikan) tiga atau empat unit," kata Anas.
Meskipun spesialis banyak melayani modifikasi minor fighter, namun tidak menutup kesempatan bagi riders yang ingin motornya diubah dengan gaya lain seperti custom retro atau klasik. Sejumlah motor bergaya cafe racer juga pernah dibuatnya.
Mengenai harga modifikasi, menurut Anas tergantung dari komponen yang diinginkan. Namun untuk modifikasi standar minor fighter, Anas mengestimasikan harga sekitar Rp 20 juta. Ubahan dilakukan pada sektor rangka yang menyisakan bagian rangka tengah. Selain itu, juga pada sektor kaki-kaki seperti sokbreker, lengan ayun dan velg.
Namun untuk harga paket standar, komponen yang digunakan adalah produk after market. Misalnya pada pelek menggunakan merek Power, V-Rossi, atau Delkevic. "Ya kalau mau lebih mewah lebih mahal, misalnya swing arm pakai punya Ducati," kata Anas.
Meskipun nyeleneh, namun faktor kenyaman dan keselamatan berkendara tetap menjadi poin utama yang harus diperhatikan pada aliran minor fighter.
Anas mencontohkan, setiap kali motor modifikasi selesai dikerjakan maka dirinya akan menguji coba berkendara tersebut sebelum diserahkan kepada pemiliknya. Ini untuk memastikan bahwa tidak ada masalah saat dibawa berkendara.
"Ya namanya juga modifikasi, ada ubahan-ubahan dari kerangka sampai kaki kaki. Perlu dicoba enak atau enggak. Kalau ada yang rasanya kurang pas, kami perbaiki lagi.
Lampu sein juga tetap kami pasang, walaupun orangnya minta dilepas," tambah Anas.
https://otomotif.kompas.com/read/2018/01/25/100200515/modifikasi-minor-fighter-bikin-motor-jadi-nungging-